Latihan
1. Jelaskan tendensi sekolah menengah (SM) di Indonesia!
2. Kemukakan asumsi dasar pelaksanaan sekolah menengah di Indonesia!
3. Jelaskan konsep dasar pelaksanaan sekolah menengah di Indonesia!
4. Kemukakan perbedaan konsep antara sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan!
5. Bagaimana implementasi sekolah menengah di Indonesia?
6. Jelaskan implikasi problema pelaksanaan sekolah menengah di Indonesia!
7. Solusi alternatif apa saja yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah sekolah menengah di Indonesia!
Jawaban
- Tendensi sekolah menengah (SM) di Indonesia
a. Sekolah Menengah Pertama
1) SMP harus mengalami perubahan revolusioner pada jenis, sifat, dan lama pendidikannya supaya disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan Pendidikan Nasional.
2) SMP yang juga boleh disebut sekolah pemuda hendaknya memuat 4 tahun pelajaran.
3) Pelajarannya terutama bersifat pembentukan umum menurut prinsip-prinsip Pendidikan Nasional. Jadi dalam SMP belum ada spesialisasi. Spesialisasi baru dimulai sesudah SMP, namun agar SMP mempunyai keterampilan praktis, dan menghasilkan anak didik yang dapat berdiri sendiri , disamping mata-mata pelajaran umum, hendaknya SMP mempunyai diferensiasi. Diferensiasi terdiri atas pelajaran-pelajaran elementer keahlian, yang diberikan selama 4 tahun juga murid-murid boleh memilih sendiri menurut bakatnya, akan tetapi hanya boleh memilih salah satu jurusan keahlian saja dan mereka dibimbing oleh pembimbing dan penyuluh yang diusahakan sekolah.
4) Sesuai dengan perkembangan itu, maka pendidikan di SMP sudah dapat mempunyai bagian-bagian misalnya: kelompok dasar, kelompok kesenian, kelompok perdagangan, kelompok administrasi, kelompok keterampilan/ketangkasan, dll.
5) Pada akhir SMP si murid tidak hanya mempunyai ijazah, melainkan juga sudah memiliki kecakapan jurusan sederhana, misalnya teknik, pertanian dsb. Kecakapan ini disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Jadi jika murid tidak meneruskan sekolah, dia sudah dapat bekerja.
b. Sekolah Menengah Atas
1) Sekolah menengah sebagai General Education berbeda dan terpisah dari sekolah menengah sebagai Vocational Education.
2) Sekolah menengah (General Education) mulai dari tingkat SMP sampai tingkat SMU yang masa belajarnya 3 tahun tambah 3 tahun seperti biasanya atau 4 tahun ditambah 2 tahun (perlu diteliti dari sudut psikologi remaja).
3) Kurikulum sekolah menengah tersebut selain memberikan hal-hal yang praktis sebagai bekal kemasyarakat juga terdapat program terminal baik merupakan suatu paket keterampilan yang dapat dipilih siswa yang tak berminat ke perguruan tinggi.
4) Kurikulum yang bersifat akademik selain basis bagi pendidikan tinggi juga merupakan program yang memperluas sistem intelektual siswa.
2.Asumsi dasar pelaksanaan sekolah menengah di Indonesia
1. Pendidikan harus dapat mencerdaskan semua rakyat.
2. Tidak semua orang yang berbakat tau berminat untuk masuk SMK dan sebaliknya.
3. Demokratisasi pendidikan total memberi tempat pada General Education dan Vocational Education
3.Beberapa konsepsi pelaksanaan sekolah menengah di Indonesia, diantaranya:
1. Sekolah menengah khususnya (SMU, SMP) harus dipandang sebagai pertumbuhan dari bawah dan pertumbuhan dari atas artinya sebagai lanjutan dari SD dan persiapan ke perguruan tinggi.
2. SMK sebagai pertumbuhan dari atas harus mampu mempersiapkan peserta didik ke masyarakat (lapangan kerja) dan sebagai pertumbuhan dari atas SMU harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
3. Sesuai dengan konsep pertumbuhan dari bawah dan dari atas maka kurikulum harus berisikan hal-hal yang praktis dan hal-hal yang bersifat akademik.
4. Pembagian sekolah menengah 3 tahun (SMP) ditambah 3 tahun (SMU) perlu dikelola lebih lanjut, sehingga diperoleh suatu pembelajaran sekolah menengah yang kuat.
5. Realiasasi sekolah menengah yang progresif di berbagai negara tertentu selalu sama sesuai dengan berbagai kepentingan.
4.Sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan adalah termasuk jenis sekolah menengah yang seolah-olah tidak pernah berhenti dipermasalahkan. Jika pada masa awal kemerdekaan SMK merupakansekolah favorit, kini praktis SMK menjadi sekolah “kelas dua”. Lulusan SLTP yang masuk ke SMK pada umumnya bukan mereka yang tergolong tinggi kemampuan dasarnya. Jadi masuk ke SMK bukan karena pilihan, tetapi karena tidak berani atau tidak diterima di SMU. Jadi asumsi bahwa lulusan SLTP yang ingin segera bekerja akan masuk ke SMK dan yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi masuk ke SMU, tidak terwujud. Data menunjukkan sekitar 60 % lulusan SMU tidak melanjutkan dan yang mengejutkan mereka sengaja memilih SMU walaupun setelah lulus akan mencari pekerjaan. Artinya lulusan SLTP belum menganggap bahwa untuk persiapan measuki dunia kerja, SMK lebih cocok dibanding SMU.
5.Implementasi Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Atas di Indonesia, yaitu:
SLTP, dilihat dari materi pelajarannya, pendidikan disini dapat dikategorikan kedalam tahap persiapan kejuruan. Dengan demikian, pendidikan tersebut hanya sekedar merupakan dasar untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (SLTA)atau untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan pekerja terampil, kalau itu sudah ada di Indonesia. Anggapan yang kurang tepat sudah terlanjur menyebar di masyarakat yang mengelompokkan lulusan sekolah tersebut kedalam pekerja semiterampil. Selain itu mereka sebenarnya baru tergolong pada remaja stadium awal yang masih dalam masa transisi dari dunia anak-anak ke dunia remaja. Maka dari itu, sesuai dengan bakat dan minat masing-masing, mereka sebaiknya disalurkan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pendidikan kejuruan tingkat pertama yang berorientasi pada praktik untuk kemudian menjadi pekerja terampil.
SLTA memiliki siswa sekitar 4 juta, 1,3 juta diantaranya berada di jalur kejuruan. Dengan kata lain, hanya 60% siswa SLTP yang melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTA. Di seluruh Indonesia tercatat sekitar 430.000 siswa STM. Lulusan STM dianggap baik oleh masyarakat maupun oleh dunia usaha, sebagai pekerja terampil. Anggapan ini pun kurang tepat sebab kurikulum STM terlalu berorientasi pada teori dan sangat sedikit praktek. Lulusan STM belum memiliki keterampilan yang memadai sehingga mereka masih harus melanjutkan pendidikan dan pelatihan yang lebih menitik beratkan pada praktek.
6.Implikasi Masalah Pendidikan Sekolah Menengah Komprehensif
a. Masalah penempatan guru, khususnya penempatan guru bidang studi sering mengalami kepincangan tidak disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Solusinya adalah kurikulum harus melakukan tindakan ansipasi terhadap pemberian bekal bagi calon luaran sesuai dengan ketentuan zaman.
b. Terbatasnya sarana dan prasarana belajar di sekolah seperti buku pelajaran, atalat laboratorium/alat praktek. Solusinya yaitu perlu terus diupayakan pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai sebagaimana diisyaratkan dalam standar pelayanan minimal (SDM) Kep Men Diknas No. 053/U/2001.
c. Kualitas pembelajaran masih rendah, karena guru masih mendominasi proses pembelajaran, sedang siswa masih pasif. Solusinya adalah diharapkan guru mau melaksanakan fungsinya sebagai agen perubahan bagi perkembangan siswanya sekaligus sebagai pembimbingnya.
d. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru, pengembangan materi pelajaran tidak kontekstual dan kinerja siswa rendah baik pada proses maupun produk belajarnya. Keadaan tersebut potensial menimbulkan kejenuhan, kebosanan serta menurunkan minat dan motivasi belajar siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki pengalaman belajar dan proses pembelajaran menjadi tidak bermakna. Jadi diharapkan guru mampu memainkan peran sebagai inovator pembelajaran.
7.Ada beberapa solusi permasalahan pendidikan sekolah menengah, diantaranya:
1. Keterampilan terminal II dapat merupakan lanjutan keterampilan terminal I meskipun tanpa mengikuti atau lolos program akademis dan program praktis.
2. Seorang siswa dapat mengambil lebih dari satu jenis program terminal pada waktu yang bersamaan dan waktu yang berbeda.
3. Siswa sekolah menengah dapat terdiri dari SMU penuh dan siswa program terminal.
4. Sekolah menengah terbuka dengan menggunakan jasa teknologi pendidikan.
5. Pembahasan RT dan SPP atau kerenggangan beban SPP sekolah menengah dengan keluarga.
6. dan sebagainya.
Komentar
Posting Komentar