Langsung ke konten utama

Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan [PGSD_UNU_NTB]



Bab III. Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan

Kapita Selekta Pendidikan



A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari uraian materi pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mampu menjelaskan pengertian pendidikan dan budaya.
2. Mampu menjelaskan konsep budaya nasional sebagai dasar pendidikan.
3. Mampu mejelaskan keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan.
4. Mampu mendeskripsikan fungsi dan nilai-nilai budaya nasional sebagai dasar pendidikan.
5. Mampu mendeskripsikan implementasi budaya nasional sebagai dasar pendidikan.
6. Mampu menjelaskan implikasi masalah beserta solusi terkait budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 

B. Pendahuluan
   Hanya manusialah yang memiliki budaya, kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang tetapi juga dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa pendidikan tidak lain adalah proses pembudayaan. Artinya apabila pendidikan itu dilepaskan dari kebudayaan maka tujuan pendidikan dapat dimanipulasi kearah yang kurang jelas atau bahkan kearah yang salah dan bahkan dapat direkayasa oleh kekuatan-kekuatan politik penguasa. Tanpa pendidikan yang inovatif dan kreatif maka kebudayaan akan hilang.Didalam pengertian yang sebenarnya proses pendidikan tidak dapat di artikan secara sempit yaitu proses mendidik didalam gedung sekolah (scholling). Proses pendidikan mempunyai berbagai bentuk yaitu formal, non-formal, dan informal.
 Didalam bentuk pendidikan formal secara tradisional ditekankan kepada perkembangan kemampuan intelektual peserta didik meskipun sebenarnya bukan itu tujuan yang pokok dari pendidikan formal.Namun demikian sejarah pendidikan modern terlalu menekankan kepada segi intelektual tersebut, sehingga banyak sekali kritik yang disampaikan kealamat pendidikan formal seperti Paulo Freire, Giroux, dan para pembaharu pendidikan rakyat lainnya.Didalam bentuk pendidikan non-formal yang ditekankan adalah pembentukan keterampilan seseorang untuk hidup. Oleh sebab itu lembaga-lembaga pendidikan non-formal sangat beragam dan terbuka, baik didalam kurikulumnya maupun di dalam pesertanya.
    Sedangkan pendidikan informal didalamnya dibentuk emosi dan berbagai jenis kemampuan intelegensi lainnya yang terabaikan didalam lembaga-lembaga pendidikan formal dan non-formal. Disinilah peranan kebudayaan sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan manusia seutuhnya. Namun justru bentuk pendidikan inilah yang dewasa ini telah terabaikan karena pendidikan telah dilacurkan sebagai pendidikan intelektual semata atau hanya untuk menghasilkan tenaga kerja semata.Apabila kita telaah hakikat pendidikan maka ternyata hanya manusialah yang memerlukan pendidikan diantara segala makhluk ciptaan Ilahi. Oleh sebab itu dapat kita rumuskan hakikat pendidikan sebagai hakikat pemanusiaan. Dalam kaitan ini kita pinjam rumusan Romo Mangunwijaya yang mengatakan bahwa proses pendidikan mempunyai dua aspek yang saling mengisi yaitu proses hominisasi dan proses humanisasi.Pendidikan sebagai proses hominisasi melihat manusia itu sebagai makhluk hidup didalam dunia atau ekologinya. Dalam proses ini manusia memerlukan kebutuhan-kebutuhan biologis seperti makan, beranak pinak, pemukiman dan pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Dengan singkat proses hominisasi memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk biologis.
    Sementara proses humanisasi melihat manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bermoral (human being). Makhluk yang bermoral berarti manusia bukan hanya sekedar hidup tetapi hidup untuk mewujudkan suatu eksistensi yaitu bahwa manusia hidup bersama-sama dengan sesama manusia sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa. Di dalam proses ini tingkah laku manusia diarahkan kepada nilai-nilai kehidupan yang vertikal didalam kenyataan hidup bersama dengan sesama manusia. Nilai-nilai luhur tersebut apakah diwahyukan ataupun yang dipelihara didalam kehidupan bersama yang disepakati dan dapat mengikat kehidupan bersama menuju suatu cita-cita bersama yaitu kehidupan yang lebih baik, tenteram dan berkeadilan. Hal-hal tersebut dijalin dan terjalin didalam nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat atau suatu kelompok hidup bersama.
  Proses humanisasi mencapai puncaknya pada seseorang yang berpendidikan dan berbudaya (educated and civilized human being).


C. Uraian Materi


1. Pengertian Pendidikan dan Budaya

       Menurut Driyakarya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Sedangkan Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani.Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah asas, dasar atau fondasi yang memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan dalam rangka untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu. 
     Pendidikan menurut UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat 1 adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.Pendidikan Nasional yang dimaksud menurut UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat 2 adalah “pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”.
      Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Memasuki abad ke 21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak. Jadi, pendidikan nasional berakar pada tiga nilai, yaitu: nilai-nilai yang bersumber dari agama dan nilai-nilai yang bersumber dari kebudayaan nasional dan perkembangan tuntutan perubahan zaman.

a. Nilai-nilai Agama.
Pendidikan di Indonesia salah satunya didasarkan pada nilai-nilai agama walaupun secara tegas dinyatakan bahwa Indonesia bukan negara agama dan bukan pula negara sekuler, tetapi negara pancasila.
Misalnya nilai agama Islam dapat bersumberkan pada Al-Qur'an dan Hadis, Kristen pada Injil, dan seterusnya.

b. Nilai-nilai Kebudayaan Nasional.
Nilai-nilai Kebudayaan Nasional; dapat berupa gagasan, konsep, tata sosial, sistem nilai, perundangan, perilaku yang menunjukkan jati diri bangsa Indonesia.

c. Tuntutan perubahan zaman Pendidikan perlu menyusaikan dengan perubahan zaman, misalnya dalam hal perkembangaan TIK dan sebagainya.


2. Konsep Budaya Nasional sebagai Dasar Pendidikan




Budaya adalah karya dan hasil cipta manusia dalam mengubah alam ini. Pendidikan hanya dapat berbeda bila dilihat dari sudut yang berbeda.
 Dari sudut pendidikan budaya adalah :
1. Segala sesuatu yang terjadi sebagai hasil belajar.
2. Segala sesuatu yang menjadi rencana kebiasaan atau tradisi yang tepat dalam masyarakat.
3. Segala sesuatu yang hendak disesuaikan adalah dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda.

Budaya menurut Sorokin dibedakan atas 3 level.
1) Idiologi level, yaitu sistem nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.
2) Behavioral level, yaitu sistem realisasi nilai-nilai dalam bentuk akhir.
3) Material level, yaitu materi atau media untuk mewujudkan nilainilai itu.

Dikemukakan oleh Ruth Benadielt terdapat tiga aliran budaya yaitu:
1. Relativisme, mengajak suatu masyarakat punya budaya berbeda dengan masyarakat lain. Antara budaya suatu masyarakat dengan budaya masyarakat lain dengan budaya lain tidak ada titik pertemuannya.
2. Universalisme, memandang semua budaya pada dasarnya sama dengan begitu terdapat titik pertemuan diantara semua budaya.
3. Konfigurasinisme yang menyatakan sentralisasi antara relativisme dan universalisme dengan anggapan terdapat titik perbedaan dan titik pertemuan diantara semua budaya itu, jadi pertemukanlah apa yang dapat dipertemukan, dan jangan pertemukan apa yang tidak mungkin dipertemukan. Adapun yang tidak mungkin dapat dipertemukan diantara budaya yaitu adalah apa yang bersifat individu dari suatu budaya (budaya inti).
Kebudayaan adalah perwujudan kemampuan manusia sebagai makhluk individu dan sosial mengolah usaha budi dalam menanggapi lingkungannya.


3. Keterkaitan Antara Pendidikan dan Kebudayaan

Interelasi antara pendidikan dan kebudayaan menjadi topik yang sangat menarik. Ketahui bahwa kehidupan manusia bukan hanya kehidupan intelektual saja. Di negara manapun budaya nasional selalu dijadikan dasar pendidikan nasional sejak awal kemerdekaan nasional pendidikan nasional. Di sini beberapa asumsi yang perlu ditunjukkan adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan adalah suatu proses pewarisan budaya (Culture Heritage). Salah satu kodrat manusia yang tidak dimiliki oleh binatang adalah kemampuannya untuk mempertahankan dan melangsungkan hidupnya melalui kebudayaan yang diciptakannya. Para ahli antropologi berpendapat bahwa kemampuan manusia menciptakan kebudayaan bersamaan dengan lahirnya generasi nenek moyang manusia pada sekitar 800.000 tahun yang lalu.

b. Pendidikan akan membuat manusia menjadi manusia budaya Ahli antropologi seperti Geertz menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang terkungkung dalam jaringan arti yang diciptakannya sendiri.Dengan kata lain, kebudayaan tidak terlepas dari proses pendidikan, sebagaimana proses pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari jaringan kebudayaan.

c. Dengan budaya manusia dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.Pada dasarnya kebudayaan dalam masyarakat merupakan perwujudan atau abstraksi dari perilaku manusia, sedangkan perilaku manusia dibentuk melalui kepribadian. Hal ini berarti, kepribadian merupakan latar belakang dari perilaku yang ada dalam diri seseorang atau individu. Walaupun kepribadian setiap individu dalam suatu masyarakat akan berbeda dengan kepribadian individu lainnya, tetapi setiap masyarakat mempunyai pola perilaku yang berlaku umum. 
       Dengan pemahaman kita tentang budaya yang beragam, maka masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan manusia utamanya yang berkaitan dengan pola hidup, nilai dan moral setidaknya dapat diatasi.Tilaar mengemukakan keterkaitan yang sangat erat antar pendidikan dan kebudayaan. Bahkan kaitan keduanya adalah kaitan ontologis dan epistomologis. Dalam rangka lahirnya etno-nasionalisme, keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan akan semakin menonjol.
        Didalam praksispendidikan untuk pengembangan sikap toleransi dalam masyarakat demokratis terdapat berbagai model pendidikan untuk kesadaran dan
pengembangan kohesi sosial, yaitu pendidikan multi-kultural, pendidikan trans-kultural, dan pendidikan inter-kultural. Pendidikan inter-kultural ditekankan kepada eksistensi budayabudaya atau sub-budaya yang ada. Model trans-kultural ini barangkali yang telah kita gunakan didalam praksis pendidikan selama orde baru.
Bagi masyarakat Indonesia dalam rangka otonomi daerah, model yang tepat ialah pendidikan multi-kultural. Pemerintah hanya menjaga supaya tidak menjadi benturan budaya yang merugikan. Pemerintah mempunyai tugas menjaga terjadinya perkembangan budaya yang alamiyah dan kemungkinan terjadinya akulturasi atau pengembangan budaya seperti yang dikemukan oleh Levi-Strauss.
       Didalam model inter-kultural yang dipentingkan bukannya perkembangan sub budaya itu sendiri, tetapi bagaimana menjadi interaksi antar sub-budaya sehingga tidak terjadi ketegangan-ketegangan.


4. Konsepsi Budaya Nasional





1. Budaya adalah karya dan hasil cipta manusia dalam mengubah alam ini.

2. Pendidikan hanya dapat berbeda bila dilihat dari sudut yang berbeda.
       Dari sudut pendidikan budaya adalah :
         1) Segala sesuatu yang terjadi sebagai hasil belajar.
      2) Segala sesuatu yang menjadi berencana kebiasaan atau tradisi yang tepat dalam masyarakat.
          3) Segala sesuatu yang hendak disesuaikan adalah dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda.

3. Budaya menurut Sorokin dibedakan atas 3 level :
     1) Idiologi level, yaitu sistem nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.
        2) Behavioral level, yaitu sistem realisasi nilai-nilai dalam bentuk akhir.
     3) Material level, yaitu materi atau media untuk mewujudkan nilainilai itu.

4. Menurut A. Tofbec terdapat dua macam budaya yang menghambat kemajuan manusia yaitu :
1) Budaya membeku
 2) Budaya semu
      Dengan budaya membeku tak dapat digunakan manusia untuk mengatasi budaya yang dihadapinya. Sedangkan budaya semu dapat digunakan untuk mengatasi masalah namun agak terbatas.

5. Dikemukakan oleh Ruth Benadielt terdapat tiga aliran budaya yaitu :
     1) Relativisme, mengajak suatu masyarakat punya budaya berbeda dengan masyarakat lain. Antara budaya suatu masyarakat dengan budaya masyarakat lain dengan budaya lain tidak ada titik pertemuannya.
    2) Universalisme, memandang semua budaya pada dasarnya sama dengan begitu terdapat titik pertemuan di antara semua budaya.
    3) Konfigurasinisme yang menyatakan sentralisasi antara relativisme dan universalisme dengan anggapan terdapat titik perbedaan dan titik pertemuan diantara semua budaya itu, jadi pertemukanlah apa yang dapat dipertemukan, dan jangan pertemukan apa yang tidak mungkin dipertemukan. Adapun yang tidak mungkin dapat dipertemukan di antara budaya yaitu adalah apa yang bersifat individu dari suatu budaya (budaya inti).

6. Apa yang disebut budaya nasional terdapat dua aliran/anggapan yang berbeda yaitu
1) Teori elemen.
Teori elemen ini budaya nasional itu adalah kumpulan/himpunan dari unsur budaya daerah lokal.
 2) Teori gestalt
Menurut teori ini budaya nasional itu adalah sesuatu yang merupakan wujud keseluruhan dari budaya lokal/daerah itu. Kedua teori tersebut sesungguhnya memiliki kelemahan tersendiri yaitu :
      a) Teori elemen, semua unsur budaya lokal meskipun turut menjalin ikatan massal ke dalam budaya nasional.
   b) Teori gestalt, menjadi baru dari sesuatu keselamatan dapat menghasilkan sesuatu yang asing atau sesuatu yang turut memiliki jiwa/semangat nasional.
   Barangkali teori yang lebih sesuai untuk apa yang disebut budaya nasional itu adalah teori dinamisme elemen yaitu budaya nasional adalah keseluruhan dari unsur budaya daerah yang dinamis. Contoh: Istilah atau hal dari bahasa daerah yang dinamis (populer, tepat, efisien, dan sebagainya), akan diaset menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

7. Budaya nasional sebagai dasar pendidikan itu harus mencerminkan semua komponen sistem pendidikan termasuk pada proses dan hasil pendidikan.

8. Budaya adalah karya dan hasil cipta manusia dalam mengubah alam ini.

9. Pendidikan hanya dapat berbeda bila dilihat dari sudut yang berbeda.
       Dari sudut pendidikan budaya adalah :
     1) Segala sesuatu yang terjadi sebagai hasil belajar.
    2) Segala sesuatu yang menjadi berencana kebiasaan atau tradisi yang tepat dalam masyarakat.
  3) Segala sesuatu yang hendak disesuaikan adalah dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda.

10. Budaya menurut Sorokin dibedakan atas 3 level. :
    1) Idiologi level, yaitu sistem nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.
     2) Behavioral level, yaitu sistem realisasi nilai-nilai dalam bentuk akhir.
    3) Material level, yaitu materi atau media untuk mewujudkan nilainilai itu.

11. Menurut A. Tofbec terdapat dua macam budaya yang menghambat kemajuan manusia yaitu:
1) Budaya membeku 
2) Budaya semu
    Dengan budaya membeku tak dapat digunakan manusia untuk mengatasi budaya yang dihadapinya. Sedangkan budaya semu dapat digunakan untuk mengatasi masalah namun agak terbatas.

12. Dikemukakan oleh Ruth Benadielt terdapat tiga aliran budaya yaitu :
      1) Relativisme, mengajak suatu masyarakat punya budaya berbeda dengan masyarakat lain. Antara budaya suatu masyarakat dengan budaya masyarakat lain dengan budaya lain tidak ada titik pertemuannya.
    2) Universalisme, memandang semua budaya pada dasarnya sama dengan begitu terdapat titik pertemuan di antara semua budaya.
    3) Konfigurasinisme yang menyatakan sentralisasi antara relativisme dan universalisme dengan anggapan terdapat titik perbedaan dan titik pertemuan di antara semua budaya itu, jadi pertemukanlah apa yang dapat dipertemukan, dan jangan pertemukan apa yang tidak mungkin dipertemukan. Adapun yang tidak mungkin dapat dipertemukan di antara budaya yaitu adalah apa yang bersifat individu dari suatu budaya (budaya inti).

13. Apa yang disebut budaya nasional terdapat dua aliran/anggapan yang berbeda yaitu :
1) Teori elemen.
 Teori elemen ini budaya nasional itu adalah kumpulan/himpunan dari unsur budaya daerah lokal.
2) Teori gestalt    
    Menurut teori ini budaya nasional itu adalah sesuatu yang merupakan wujud keseluruhan dari budaya lokal/daerah itu.
Kedua teori tersebut sesungguhnya memiliki kelemahan tersendiri yaitu:
Teori elemen, semua unsur budaya lokal meskipun turut menjalin ikatan massal ke dalam budaya nasional.
3) Teori gestalt, menjadi baru dari sesuatu keselamatan dapat menghasilkan sesuatu yang asing atau sesuatu yang turut memiliki jiwa/semangat nasional.
Barangkali teori yang lebih sesuai untuk apa yang disebut budaya nasional itu adalah teori dinamisme elemen yaitu budaya nasional adalah keseluruhan dari unsur budaya daerah yang dinamis.
Contoh: Istilah atau hal dari bahasa daerah yang dinamis (populer, tepat, efisien, dan sebagainya), akan diaset menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

14. Budaya Nasional sebagai dasar pendidikan itu harus mencerminkan semua komponen sistem pendidikan termasuk pada proses dan hasil pendidikan.


5. Fungsi dan Nilai-Nilai Budaya Nasional sebagai Dasar Pendidikan




Fungsi budaya dalam pendidikan diantaranya :
   1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik, ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa; 
  2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
   3) Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

 Nilai-nilai budaya nasional yang patut diimplementasikan kedalam proses pendidikan di Indonesia, yakni :

1) Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

6) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,dilihat, dan didengar.

10) Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

      Substansi pendidikan nasional begitu luas, beberapa hal substansial yang perlu dipertimbangkan dalam pendidikan yang kesemuanya haruslah berdiri di atas tendensi budaya nasional adalah:
1) Tujuan akhir yang telah dicapai dalam pendidikan nasional.
2) Isi pendidikan nasional hendaknya disesuaikan dengan peserta didik.
3) Proses interaksi dalam pelaksanaan pendidikan.
4) Eksistensi pendidikan dan peserta didik.


6. Implementasi Budaya Nasional sebagai Dasar Pendidikan

1. Manusia ideal yang dicita-citakan masyarakat adalah gambaran manusia budaya seperti dalam budaya nasional dan perbaikan dalam tujuan akhir pendidikan nasional.
2. Tujuan akhir pendidikan seperti yang dikemukakan itu harus pula tercermin dari manusia dinamis.
3. Isi pendidikan dapat memberikan semua pengetahuan teknologi dan nilai yang tidak bertentangan dengan budaya inti bangsa Indonesia.
4. Budaya inti harus dapat menyelisir seluruh isi pendidikan.
5. Proses pendidikan harus mencerminkan perilaku manusia budaya Indonesia sehingga sikap dan arti adalah teaching itu mencerminkan hidup budaya nasional Indonesia.


7. Implikasi Masalah dan Solusi


Beberapa implikasi yang dapat timbul antara lain :
1. Menjadikan budaya lokal sumber yang dinamis/positif sebagai aset/isi pendidikan nasional.
2. Mengenai budaya luar yang ditemui dan dapat mempengaruhi pendidikan nasional.
3. Mencegah pengaruh budaya lokal tertentu yang memerlukan budaya nasional.

Beberapa solusi yang perlu dipertimbangkan antara lain :
1. Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa kebersamaan dan bahasa pengantar dalam sistem persekolahan.
2. Budaya daerah/lokal seperti bahasa daerah, kesenian daerah, adat istiadat dan sebagainya adalah bagian dari isi pendidikan nasional dalam bentuk muatan lokal.
3. Adapun pendidikan yang datang dari luar (budaya asing) harus melalui proses seleksi dan adaptasi.


Nama : ISNAINI
Nim : 1902060053
Prodi : s1-PGSD
University:Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumber Otoritas Pelaksanaan Supervisi [PGSD_UNU_NTB]

Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Dan Pengawas Di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi guru yang bekerja setiap hari di sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali Kepala Sekolah. Guru merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua komponen yang terkait dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisi pendidikan. Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dan...

Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA

selampang,30 Agustus 2020 Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA  Struktur kurikulum TPA ini meliputi inti pembelajaran yang dilewati pada jenjang pendidikan untuk 3 tahun atau dalam enam semester. Pada masing masing jenjang ditempuh dengan waktu satu tahun yang mana dinamakan dengan level. Dengan waktu 3 tahun maka level yang ada adalah : -Level A -Level B -Dan level C  Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ didasarkan kepada standar kompetensi lulusan dengan ketentuaan seperti dibawah ini :  Kurikulum TPQ berisi materi pokok dan materi dengan muatan lokal.Untuk materi pokok yaitu Pembelajaran Alquran, ilmu tajwid, ayat pilihan, bacaan sholat, hafalan surah pendek, praktek ibadah, doa serta adab harian, tahsinul kitabah, dan Pengenalan dasar agama Islam. Untuk muatan lokal disesuaikan dengan kondisi masing masing.  Sedangkan untuk materi pokok pada setiap jenjang l...