Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendidikan seks!
2. Jelaskan pentingnya pendidika n seks dimulai dari keluarga!
3. Jelaskan peranan sekolah dalam pendidikan seks!
4. Jelaskan tujuan diadakannya pendidikan seks!
5. Jelaskan hubungan antara remaja dan hubungan seksual pranikah!
6. Jelaskan hubungan antara pacaran dan pendidikan seks!
7. Jelaskan keterkaitan antara remaja, pornografi dan pendidikan seks!
8. Apakah pentingnya pendidikan seks dan kespro masuk dalam kurikulum?
Jawaban.
1.Pendidikan seks merupkan salah satu aspek pendidikan SDM yang perlu mempunyai pengkajian. Syamsuddin mendefinisikan pendidikan seks sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benarbenar tentang arti kehidupan seksnya. Sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya. Dr. A. Nasih Ulwan menyebutkan bahwa pendidikan seks adalah upaya penyadaran pengajaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan,sehingga jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah mengetahui masalah-masalah yang di halalkan dan di haramkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku islami sebagai akhlak, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-cara hedonistik.
2.Membuka komunikasi mengenai seksualitas harus dijalin sejak kecil memulai pendidikan seks dalam keluarga. Seks juga dilihat bukan sebagai sesuatu yang tabu, tetapi merupakan bagian dari kehidupan manusia dalam proporsi yang wajar. Bila seks masih dianggap tabu, maka akan banyak ditemukan salah pengertian dan problema seksual yang terselubung. Akibantnya timbul berbagai masalah seksual dan kejiwaan. “Korban di kalangan remaja akibat hubungan seks bebas sangat banyak.
Hal ini selain disebabkan kurangnya informasi tentang seks, juga karena remaja sangat mudah mengatakan I love you. Jadi kurang memadainya penerangan seksual pada remaja bisa menyebabkan masalah seksual pada mereka, “ ungkap psikiater Bagian Psikiatri FK Unpad/RSHS, Teddy Hidayat, pada seminar sehari Kesehatan Reproduksi di Aula Dinas kesehatan Jabar yang diadakan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Cabang Bandung /Jabar dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-XIV POGI, Sabtu (22/5). Menurut dia, dalam usaha mengerti perubahan pada diri sendiri, remaja berusaha mencari keterangan ke sanasini, tetapi sering usahanya tidak berhasil. Akibatnya keterangan didapat dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya dari bacaan porno, blue film, dll.
3.
1. Membantu menyeleksi sasaran sosialitas dan pribadi yang dapat dicapai oleh anak didik.
2. Membantu siswa untuk menyadari bahwa sarana tersebut sesuai untuk mereka dan membimbing mereka untuk menerimanya sebagai bagian dari hidup.
3. Membimbing mereka untuk memilih aktivitas-aktivitas dan pengalaman yang baik dalam merencanakan masa depan.
4.
Tujuan pendidikan seks di sekolah seperti yang diungkapkan oleh Federasi Kedidupan Keluarga Internasional ialah:
1. Memahami seksualitas sebagai bagian dari kehidupan yang esensi dan normal.
2. Mengerti perkembangan fisik dan perkembangan emosional manusia.
3. Memahami dan menerima individualitas pola perkembangan pribadi.
4. Memahami kenyataan seksualitas manusia dan reproduksi manusia.
5. Mengkomunikasikan secara efektif tentang pertanyaanpertanyaan yang berkenaan dengan seksualitas dan prilaku sosial.
6. Mengetahui konsekuensi serta pribadi sosial dari sikap seksual yang tidak bertanggung jawab.
7. Mengembangkan sikap tanggung jawb dalam hubungan interpersonal dan prilaku sosial.
8. Mengenal dan mampu mengambil langkah efektif terhadap penyimpangan prilaku seksual.
9. Merencanakan kemandirian di masa depan, sebuah tempat dalam masyarakat, pernikahan dan kehidupan keluarga.
5.Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10- 12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, semakin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Data yang dikumpulkan dr. Boyke, Dian Nugraha, SDOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan pada RS Dharmais, menunjukkan 16-20% dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun 1980-an angka itu sekitar 5-10%.
6.Pacaran dan Pendidikan Seks
Pemberian pengetahuan seks mesti di rumah dilakukan sejak dini dan dimulai dengan perilaku keseharian anak-anak. Ketika masih anak-anak misalnya, berikan pengertian kepada mereka agar tidak keluar dari kamar mandi sambil telanjang, menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi, mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk kamar orang tua. Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi lebih terbuka antara orang tua dan anak. Melalui komunikasi, yang acap kali banyak diabaikan perannya, orang tua dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Misalnya, batas mereka boleh bermesraan dan apa konsekuensinya kalau batas itu dilanggar. Kepercayaan dari orang tua akan membuat mereka lebih bertanggung jawab. Berpacaran secara sembunyi-sembunyi akibat diberi kepercayaam justru tidak menguntungkan. “ingat, kasus-kasus kehamilan pranikah umunya dilakukan oleh mereka yang back street, kata Boyke. “mungkin juga akibat hubungan dengan orang tua kurang akrab atau orang tua terlalu kaku.”
7.Remaja, Pornografi dan Pendidikan Seks
Salah satu televisi swasta beberapa waktu lalu menanyangkan kasus pemerkosaan yang dilakukan sekelompok oknum pelajar SLTP dan SLTA secara beramai-ramai di wilayah Jawa Timur. Dari hasil pemeriksaan aparat, perilaku memalukan ini akibat pengaruh minuman keras dan sering menonton VCD porno. Kasus-kasus kekerasan seksual, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) pada remaja dan sejenisnya, tampaknya masih belum banyak diangkat ke permukaan sehingga “seolah-olah” maasalah ini dianggap “kasuistik” yang tidak penting untuk dikaji lebih jauh. Padahal, timbulnya kasus-kasus seputar KTD remaja, kekerasan seksual, penyakit menular seksual (PMS) pada remaja bahkan sampai aborsi, tidak lepas dari (salah satunya) minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
8.Pendidikan Seks, Kespro Sebaiknya Masuk Kurikulum
Pertama seputar fungsi organ reproduksi, perilaku seks saat pacaran, infeksi menular seksual (IMS), kehamilan tak dikehendaki (KTD), kontrasepsi, pelecehan seksual, homoseksual, sampai masalah kepercayaan diri sering dilontarkan remaja pada Youth center Perkumpulan Keluarha Berencana Indonesia (PKBI). Isi pertanyaan tersebut menrefleksikan kekurangnya akses mereka pada informasi mengenai kaitan seks dan kesehatan reproduksi (kespro). Padahal, dalam ICPD ( Konferensi kependudukan dan Pembagunan) di Kairi, Mesir, 21994, hak kespro seseorang harus dijamin.” Kata Humas PKBI Yahya Ma’shum.
Lebih lanjut, Yahya mengatakan, masyarakat hendaknya tidak menilai pendidikan seks atau KIE kespro, seolah-olah menyetujui remaja berbuat seks bebas. Sebab, pelajaran seks justru menanamkan rasa tanggung jawab di kalangan remaja akan seks dan kespronya. Selain itu, lanjunya, program KIE kespro sangat diperlukan sebagai upaya mengurangi penyebaran IMS, sperti HIV/AIDS di kalangan remaja.
2.Membuka komunikasi mengenai seksualitas harus dijalin sejak kecil memulai pendidikan seks dalam keluarga. Seks juga dilihat bukan sebagai sesuatu yang tabu, tetapi merupakan bagian dari kehidupan manusia dalam proporsi yang wajar. Bila seks masih dianggap tabu, maka akan banyak ditemukan salah pengertian dan problema seksual yang terselubung. Akibantnya timbul berbagai masalah seksual dan kejiwaan. “Korban di kalangan remaja akibat hubungan seks bebas sangat banyak.
Hal ini selain disebabkan kurangnya informasi tentang seks, juga karena remaja sangat mudah mengatakan I love you. Jadi kurang memadainya penerangan seksual pada remaja bisa menyebabkan masalah seksual pada mereka, “ ungkap psikiater Bagian Psikiatri FK Unpad/RSHS, Teddy Hidayat, pada seminar sehari Kesehatan Reproduksi di Aula Dinas kesehatan Jabar yang diadakan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Cabang Bandung /Jabar dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-XIV POGI, Sabtu (22/5). Menurut dia, dalam usaha mengerti perubahan pada diri sendiri, remaja berusaha mencari keterangan ke sanasini, tetapi sering usahanya tidak berhasil. Akibatnya keterangan didapat dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya dari bacaan porno, blue film, dll.
3.
1. Membantu menyeleksi sasaran sosialitas dan pribadi yang dapat dicapai oleh anak didik.
2. Membantu siswa untuk menyadari bahwa sarana tersebut sesuai untuk mereka dan membimbing mereka untuk menerimanya sebagai bagian dari hidup.
3. Membimbing mereka untuk memilih aktivitas-aktivitas dan pengalaman yang baik dalam merencanakan masa depan.
4.
Tujuan pendidikan seks di sekolah seperti yang diungkapkan oleh Federasi Kedidupan Keluarga Internasional ialah:
1. Memahami seksualitas sebagai bagian dari kehidupan yang esensi dan normal.
2. Mengerti perkembangan fisik dan perkembangan emosional manusia.
3. Memahami dan menerima individualitas pola perkembangan pribadi.
4. Memahami kenyataan seksualitas manusia dan reproduksi manusia.
5. Mengkomunikasikan secara efektif tentang pertanyaanpertanyaan yang berkenaan dengan seksualitas dan prilaku sosial.
6. Mengetahui konsekuensi serta pribadi sosial dari sikap seksual yang tidak bertanggung jawab.
7. Mengembangkan sikap tanggung jawb dalam hubungan interpersonal dan prilaku sosial.
8. Mengenal dan mampu mengambil langkah efektif terhadap penyimpangan prilaku seksual.
9. Merencanakan kemandirian di masa depan, sebuah tempat dalam masyarakat, pernikahan dan kehidupan keluarga.
5.Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10- 12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, semakin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Data yang dikumpulkan dr. Boyke, Dian Nugraha, SDOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan pada RS Dharmais, menunjukkan 16-20% dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun 1980-an angka itu sekitar 5-10%.
6.Pacaran dan Pendidikan Seks
Pemberian pengetahuan seks mesti di rumah dilakukan sejak dini dan dimulai dengan perilaku keseharian anak-anak. Ketika masih anak-anak misalnya, berikan pengertian kepada mereka agar tidak keluar dari kamar mandi sambil telanjang, menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi, mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk kamar orang tua. Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi lebih terbuka antara orang tua dan anak. Melalui komunikasi, yang acap kali banyak diabaikan perannya, orang tua dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Misalnya, batas mereka boleh bermesraan dan apa konsekuensinya kalau batas itu dilanggar. Kepercayaan dari orang tua akan membuat mereka lebih bertanggung jawab. Berpacaran secara sembunyi-sembunyi akibat diberi kepercayaam justru tidak menguntungkan. “ingat, kasus-kasus kehamilan pranikah umunya dilakukan oleh mereka yang back street, kata Boyke. “mungkin juga akibat hubungan dengan orang tua kurang akrab atau orang tua terlalu kaku.”
7.Remaja, Pornografi dan Pendidikan Seks
Salah satu televisi swasta beberapa waktu lalu menanyangkan kasus pemerkosaan yang dilakukan sekelompok oknum pelajar SLTP dan SLTA secara beramai-ramai di wilayah Jawa Timur. Dari hasil pemeriksaan aparat, perilaku memalukan ini akibat pengaruh minuman keras dan sering menonton VCD porno. Kasus-kasus kekerasan seksual, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) pada remaja dan sejenisnya, tampaknya masih belum banyak diangkat ke permukaan sehingga “seolah-olah” maasalah ini dianggap “kasuistik” yang tidak penting untuk dikaji lebih jauh. Padahal, timbulnya kasus-kasus seputar KTD remaja, kekerasan seksual, penyakit menular seksual (PMS) pada remaja bahkan sampai aborsi, tidak lepas dari (salah satunya) minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
8.Pendidikan Seks, Kespro Sebaiknya Masuk Kurikulum
Pertama seputar fungsi organ reproduksi, perilaku seks saat pacaran, infeksi menular seksual (IMS), kehamilan tak dikehendaki (KTD), kontrasepsi, pelecehan seksual, homoseksual, sampai masalah kepercayaan diri sering dilontarkan remaja pada Youth center Perkumpulan Keluarha Berencana Indonesia (PKBI). Isi pertanyaan tersebut menrefleksikan kekurangnya akses mereka pada informasi mengenai kaitan seks dan kesehatan reproduksi (kespro). Padahal, dalam ICPD ( Konferensi kependudukan dan Pembagunan) di Kairi, Mesir, 21994, hak kespro seseorang harus dijamin.” Kata Humas PKBI Yahya Ma’shum.
Lebih lanjut, Yahya mengatakan, masyarakat hendaknya tidak menilai pendidikan seks atau KIE kespro, seolah-olah menyetujui remaja berbuat seks bebas. Sebab, pelajaran seks justru menanamkan rasa tanggung jawab di kalangan remaja akan seks dan kespronya. Selain itu, lanjunya, program KIE kespro sangat diperlukan sebagai upaya mengurangi penyebaran IMS, sperti HIV/AIDS di kalangan remaja.
Komentar
Posting Komentar