Langsung ke konten utama

Pendidikan Ips SD [PGSD UNU NTB]

MATA KULIAH PENDIDIKAN IPS SD

 

 IsnainiAyH,

Selampang, Jembatan Gantung.

 



 

 BAB I

Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar

 

1. Pengertian dan Misi IPS

    Sebutan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di negara kita, secara historis muncul bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum SD, SMP, dan SMA tahun 1975. IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional bahkan cross-diciplinary (Numan Somantri, 2001: 101).

    Berkaitan dengan pengertian IPS, Barth (1990: 360) mengemukakan sebagai berikut. Social studies  was assigned the mission of citizenship education, that mission included the study of personal/social problems in an interdiciplinary integrated school curriculum that would emphasize the practice of decision making. 

    Maksudnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial membawa misi pendidikan kewarganegaraan termasuk didalamnya pemahaman mengenai individu atau masalah sosial yang terpadu secara interdisipliner dalam kurikulum sekolah yang akan menekankan pada praktek pengambilan keputusan.IPS merupakan studi terintegrasi dari ilmu-IPS untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan yang dikoordinasikan dalam program sekolah sebagai pembahasan sistematis yang dibangun dalam beberapa disiplin ilmu, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat ilmu-ilmu politik, psikologi, agama, sosiologi, dan juga memuat isi dari humaniora dan ilmu-ilmu alam.

    Sejalan dengan pengertian umum tersebut, IPS sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-IPSdan disiplin ilmu lain yang relevan untuk merealisasikan tujuan pendidikan di tingkat persekolahan. Implikasinya, berbagai tradisi dalam IPStermasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode, maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu-IPS, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial budaya untuk kepentingan pendidikan. 

    Sementara itu, fungsi pengajaran IPS di SD adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.Berkaitan dengan fungsi mata pelajaran IPS, Jarolimek (1986: 4) berpendapat bahwa:The major mission of social studies education is to help children learn about the social world in which they live and how it got that way; to learn berarti bahwa IPS harus membantu anak memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam kehidupannya. 

    Dalam tujuan pertama ini terkandung unsure pendidikan nilai. Selanjutnya, pendidikan kewarganegaraan berarti bahwa siswa harus dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan masyarakat. Siswa memiliki kesadaran untuk meningkatkan prestasinya sebagai bentuk tanggung jawab warga negara yang setia pada negara. Pendidikan nilai dalam tujuan ini lebih ditekankan pada kewarganegaraan.  

    Sementara itu, pendidikan intelektual berarti bahwa IPS membantu siswauntuk memperoleh ide-ide analitis dan berbagai cara untuk memecahkan masalah yang dikembangkan dari konsep-konsep IPS. Dalam memecahkan masalah, siswa akan dihadapkan pada upaya mengambil keputusan sendiri. Melalui peningkatan kematangan, soswa belajar untuk menjawab pertanyaan dengan benar dan menguji ide-ide kritis dalam situasi sosial. Menurut Fraenkel (1980: 8-11), ada empat kategori tujuan IPS, yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Pengetahuan diartikan sebagai kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan ide-ide. 

    Tujuan pengetahuan ini adalah membantu siswa untuk belajar lebih banyak tentang dirinya, fisiknya, dan dunia sosial. Keterampilan diartikan sebagai pengembangan berbagai kemampuan tertentu untuk mempergunakan pengetahuan yang diperolehnya. Ada beberapa keterampilan dalam IPS, yaitu keterampilan berpikir, keterampilan akademik, keterampilan penelitian, dan keterampilan sosial. Sementara sikap diartikan sebagai kemahiran dalam mengembangkan dan menerima keyakinan-keyakinan, ketertarikan, pandangan, dan kecenderungan tertentu. Nilai diartikan sebagai kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat.  

2.Tujuan IPS

     Sebagai bidang ajar di sekolah, IPS memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam bentuk konsep dan pengalaman belajar yang dipilih atau diorganisasikan dalam rangka kajian IPS.  

    Berkaitan dengan tujuan IPS, Martorella (1994:7) menyatakan bahwa:The Social Studies are selected information and modes of investigation from the social sciences, selected information from any area that relates directly to an undestanding of individuals, groups, and societies and applications of the selected information to citizenship education.

 Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan informasi terpilih dan cara-cara investigasi dari ilmu-ilmu sosial, informasi dipilih dari berbagai tempatyang berhubungan langsung terhadap pemahaman individu, kelompok dan masyarakat dan penerapan dari informasi yang dipilih untuk maksud mendidik warga negara yang baik. 

    Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa mata pelajaran IPS di SD bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang berguna bagi diri dalam hidup sehari-hari dan warga negara yang bangga sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.

    Tujuan pembelajaran IPS (Pusat Kurikulum, 2006:7)adalah mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. 

    Berdasarkan paparan di atas, dalam perspektif formal dan realistik, IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

    Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan belajar dan mengajar serta situasi berikut ini (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) hendaknya menjadi orientasi utama pelaksanaan Pendidikan IPS di sekolah dasar.

 1)Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 

2)Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. 

 3)Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 

 4)Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

  

3.Kurikulum IPS

     Sesuai dengan Standar Isi yang dikembangkan oleh BSNP dan dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, berikut ini akan disajikan kurikulum IPS di sekolah dasar.

 
    Standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian. 
 
 
 
 BAB II
 MENGAJAR UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN IPS
 
 



1. Mengajarkan Konsep dan Generalisasi

    Dalam bahasa sehari-hari, istilah konsep bisa diartikan sebagai ide. Salah satu contohnya adalah ketika seseorang berkata, "konsep waktu luang saya tidak sama seperti milik Anda." Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), konsep juga dapat dianggap sebagai ide yang dinyatakan dengan sebuah kata, istilah atau frase. Konsep-konsep IPS yang berkembang dalam arti luas sering diwujudkan dengan pengalaman dan pembelajaran selama bertahun-tahun. Mari kita bahas secara detail beberapa makna dan implikasi konsep untuk mengajar dan belajar IPS.
 
a. Sifat Konsep

Sifat konsep terkadang dimanfaatkan untuk mengklasifikasikan, mengkategorikan, dan mengatur sejumlah pengetahuan spesifik dengan kesepakatan tertentu. Sebagai contoh, pohon memiliki atribut tertentu, yaitu selalu berdaun hijau; yang lain, daun rontok sebagai atributnya. Beberapa kelompok hewan yang dikenal sebagai mamalia; yang lain sebagai reptil, dan yang lainnya sebagai burung-burung. Suatu bentuk pemerintahan tertentu disebut demokrasi; yang lain sebuah otokrasi. Kemampuan dan kecenderungan untuk mengklasifikasikan persepsi dari realitas tertentu ke dalam kelompok-kelompok ini memiliki kualitas yang umum dan bisa disebut dengan pemikiran konseptual. Pemikiran konseptual memungkinkan untuk memanipulasi realitas intelektual, yaitu seseorang dapat mengetahui 
masalah yang kompleks "di kepala seseorang". Ini adalah kualitas khas manusia.
 
b. Mengubah Konsep ke Bentuk Pemikiran yang Tepat untuk Anak Sekolah Dasar
 
        Konsep-konsep dan topik-topik IPS dapat dipelajari dengan berbagai  tingkat kompleksitas. Siswa TK dan siswa SD kelas rendah sering mempelajari keluarga dan kehidupan keluarga. Namun seorang mahasiswa yang sedang berupaya memperoleh gelar doktor di bidang sosiologi atau antropologi mungkin mengambil seminar lanjutan tentang masalah yang sama. Bagaimana seorang guru mengatur kompleksitas materi pelajaran, konsep-konsep, dan generalisasi dengan cara yang masuk akal bagi anak-anak? Berikut ini langkah-langkah yang disarankan untuk dilakukan guru: 
 
1. Menentukan konsep dan ide-ide kunci dalam suatu bentuk yang berorientasi pada anak. Berikut ini adalah contoh-contoh konsep dan maknanya bagi anak-anak.
 
 
                    konsep                    |     Maknanya bagi anak-anak
  • Keadilan ;  Bermain Jujur
  • Hukum  ;  Aturan
  • Kesetaraan Kesepakatan ;  Melihat Bahwa Setiap Orang Mendapat Giliran
  • Kerjasama ; Bekerjasama Dengan Orang Lain
  • Bertanggung Jawab  ; Melakukan Tanggung Jawab Pihak Anda atau Melakukan Tugas And

2. Memilih mata pelajaran yang bisa diidentifikasi oleh anak-anak.
     Ini   tidak berarti bahwa topik yang dipilih untuk belajar dalam semua kasus harus dekat secara fisik dengan anak. Asumsi umum adalah bahwa hal￾hal yang secara fisik dekat dengan anak akan lebih akrab daripada yang  jauh. Hal ini tidak selalu terjadi. Anak-anak bisa belajar tentang hal-hal  jauh sehingga secara psikologis dekat dengan mereka. Di sisi lain, hal-hal yang secara fisik dekat mungkin secara psikologis jauh. Gaya hidup  keluarga yang tinggal di kota, misalnya, merupakan hal yang asing bagi  seorang anak, dan dianggap sama seperti orang-orang yang tinggal di  belahan dunia lain. 
 
3. Mengembangkan gagasan hanya ke titik di mana anak-anak bisa  menerapkannya pada realitas.             Butuh waktu bagi anak-anak untuk belajar  konsep. Anak-anak memahami suatu gagasan secara kumulatif selama beberapa tahun. Jangan berharap anak-anak di kelas-kelas awal untuk  belajar konsep-konsep yang kompleks. Kecenderungannya adalah  mencoba untuk mengajari anak-anak lebih dari yang mereka inginkan  atau tahu tentang suatu konsep atau subjek pada waktu tertentu. 
 
4. Memfokuskan pada pendekatan diagnostik untuk mengajar.
     Cari informasi mengenai berapa banyak anak yang sudah mengetahui tentang suatu konsep. Hal ini biasanya dapat dilakukan melalui diskusi kelas informal di mana anak-anak menjawab pertanyaan-pertanyaan terbuka dari guru yang telah dipersiapkan sebelumnya. Amati seberapa baik  anak-anak menggunakan istilah dan konsep baru secara alami dan  mudah. Sadarilah tingkat kepentingan dari hal yang sedang dipelajari. Lukiskan pengalaman anak-anak dalam perencanaan dan pengajaran  IPS. Doronglah anak untuk berbicara tentang materi yang dipelajari, yang berhubungan dengan kehidupan mereka.


c. Tiga Strategi Membangun Konsep
 
            Secara umum, konsep-konsep yang dipelajari dengan mengutip contoh (Yogyakarta adalah contoh kota), dengan menjelaskan konsep (sebuah kota adalah kota yang didirikan dan batas-batas kekuasaan  pemerintah berwenang dan didefinisikan dalam sebuah piagam dari letak negara). Strategi pengajaran yang digunakan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS sering dikaitkan dengan tiga cara belajar konsep berikut ini. 
    1) Strategi Satu: Mendaftar, Mengelompokkan, Melabelkan
    Strategi ini dapat digunakan dalam berbagai cara untuk mengajarkan  konsep-konsep dalam IPS. Berikut adalah beberapa contoh tambahan: 
a) Misalkan pengunjung dari negara lain menghabiskan hari di sekolah kita, apa yang akan dia lihat?
b) Apa yang Anda lihat ketika berjalan melalui daerah tetangga? 
c) Bagaimanakah cara barang dan orang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain?
d) Berapa banyak hal yang dapat Anda buat daftar dari barang-barang yang diproduksi kota atau negara kami?
e) Barang-barang apa saja yang dijual di supermarket? 
f)Hal-hal apa yang bisa dilakukan manusia jika tidak ada manusia lain yang menciptakan sesuatu? 
g) Sumber daya alam mana saja yang selalu kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari?

    2) Strategi Dua: Mengalami, Membuat Hipotesis, Menguji 
Melalui diskusi ini, anak-anak  mengembangkan hipotesis berikut: 
a) Periklanan membantu konsumen karena memberitahu mereka  tentang produk baru dan harganya. 
b) Iklan yang efektif ingin mencoba menciptakan produk, apakah konsumen membutuhkannya atau tidak. 
c) Iklan lokal memiliki efek yang langsung terhadap penjualan di  toko-toko lokal daripada iklan nasional.
d) Anak-anak mulai mencari informasi yang akan mendukung atau menolak hipotesis ini. Pengumpulan informasi bisa dilakukan di  luar sekolah dengan mewawancarai konsumen, pedagang lokal, dan  perwakilan dari biro iklan. Proses ini memaksa mereka untuk  mengeksplorasi lebih jauh sub konsep seperti terkait sebagai  kebutuhan dan keinginan, promosi, pendengar, klien, account,  pasar, tata letak, dampak, tema, dan daya tarik penjualan. Dalam waktu, mereka mampu membentuk beberapa kesimpulan sementara yang berkaitan dengan hipotesis mereka, tetapi mereka menyarankan pencarian hipotesis lain yang perlu eksplorasi. Seluruh proses memberikan anak-anak dengan keakraban yang menyeluruh dengan konsep iklan dari perspektif yang berbeda.
       Strategi ini sangat berguna untuk mengajarkan konsep-konsep  seperti kebudayaan, keadilan, konflik, demokrasi, kesetaraan, dan  konsep-konsep lain dalam IPS yang relatif sulit untuk didefinisikan. Pada kenyataannya, bahkan tidak ada konsensus di antara para ahli tentang makna yang tepat dari konsep-konsep ini. Konsep dipahami sebagai subjek untuk memperluas berbagai pengaturan selama jangka waktu yang panjang.
 
 
        3) Strategi Tiga: Mengenali Contoh dan Bukan Contoh
Dalam Standar Isi IPS SD, dituliskan bahwa kompetensi dasar untuk kelas enam adalah membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga. Guru ingin mengembangkan konsep modernisasi dan melakukannya dengan cara menulis di papan tulis hal-hal berikut ini:
Modernisasi melibatkan: 
a) Penerapan teknologi untuk mengontrol sumber daya alam. 
b) Penggunaan kekuatan sumber daya yang berupa benda mati dan energi. 
c) Penggunaan alat-alat untuk melipatgandakan pengaruh energi yang dikeluarkan manusia.
d) Sebuah output produksi per kapita yang tinggi


d. Mengembangkan Generalisasi
 
        Generalisasi adalah hubungan antara dua atau lebih konsep yang biasanya dinyatakan sebagai laporan deklaratif. Empat jenis generalisasiyang relevan dengan pendidikan IPS adalah: 
1. Sebuah supermarket menjual semua produk makanan yang dibutuhkan oleh konsumen. 
2. Iklan tentang harga berbagai barang lebih mendorong konsumen untuk melakukan perbandingan dalam berbelanja. 
3. Iklan palsu dan menyesatkan cenderung mengambil keuntungan yang tidak adil dari konsumen dan melanggar hukum .
4. Kapasitas suatu bangsa untuk memodernisasi tergantung pada basis sumber daya alam, kuantitas dan kualitas tenaga kerjanya, jumlah dan jenis modal yang tersedia untuk industri dan pertanian, 
dan lembaga-lembaga, sikap, nilai, dan kebiasaan yang menentukan efektivitas dengan sumber daya ekonomi yang digunakan. 

2. Mengajarkan Keterampilan IPS
        Pengembangan keterampilan yang sistematis dan sekuensial sangat penting bagi anak-anak karena keterampilan adalah alat yang akan terus mereka gunakan untuk belajar. Konsekuensinya, ketidakcukupan pengembangan keterampilan cenderung menghambat pembelajaran di banyak bidang kurikulum sekolah dasar, terutama dalam IPS. Untuk mewujudkan prestasi IPS yang memadai, dalam banyak kasus dapat ditelusuri dari kemampuan membaca yang kurang berkembang, ketidakmampuan untuk memahami kosakata IPS, ketidakmampuan untuk membaca peta dan bola dunia, kurangnya kemampuanbelajar sambil bekerja, ketidakmampuan untuk menggunakan bahan referensi, atau keterbelakangan keterampilan bahasa. 
    Oleh karena itu, program yang seimbang dalam IPS perlu menyediakan instruksi yang sistematis dan terencana untuk memastikan pengembangan keterampilan ini.Keterampilan menyiratkan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Seseorang yang memiliki keahlian biasanya mampu merespon sesuatu dengan cara yang efisien. Keterampilan umumnya diklasifikasikan menjadi 3, yaitu 
motorik, intelektual, dan sosial. 
    Guru yang membantu anak-anak mengembangkan keterampilan tidak bergantung sepenuhnya pada pengajaran yang terkait dari mereka. Sebaliknya, keterampilan yang diajarkan secara sistematis, diidentifikasi dengan hati-hati, dipraktekkan dengan teliti, dan banyak digunakan. Prinsip ini berlaku untuk keterampilan intelektual seperti pemikiran kritis dan reflektif, menuju pada kesimpulan yang valid berdasarkan bukti, mengevaluasi sumber informasi, dan menafsirkan data dengan bekerja-belajar dan keterampilan proses. 
 
Contoh Langkah-Langkah Mengajarkan dan Menerapkan Keterampilan untuk Menggunakan Petunjuk Sebuah Koran Langkah-langkah dalam mengajarkan keterampilan (Jarolimek, 1967: 34) 
Langkah 1
Pastikan bahwa anak-anak memahami semua hal yang terlibat  dalam melaksanakanketerampilan. Tunjukkan kepada mereka bagaimana ia digunakan. Sediakan model yang baik dalam  pengoperasian keterampilan.
Langkah 2 
Bagilah keterampilan ke dalam beberapa komponen dan atur mereka secara berurutan. Mengembangkan urutan mengajarlangkah demi langkah, meminta anak-anak melakukan masing-masing komponen seperti yang disajikan dan dijelaskan. Mengawasi secara hati-hati untuk memastikan respon mereka sudah benar. 
Langkah 3
Mintalah anak-anak melakukan variasi keterampilan sederhana di bawah pengawasan Anda. Hal ini untuk memastikan bahwa mereka melakukan keterampilan dengan benar.
Langkah 4
Setelah anak-anak melakukan keterampilan dengan benar, masih  dalam pengawasan guru, berikan latihan dan kesempatan untuk menggunakan variasi sederhana yang memastikan keberhasilan. 
Langkah 5
Secara bertahap meningkatkan kompleksitas variasi keterampilan,  dan mulai meminta anak-anak menerapkan keterampilan dalam  situasi yang sangat berguna. Lanjutkan prosedur ini sampai tingkat  kemampuan yang diinginkan tercapai. 
Langkah 6
  Lanjutkan untuk mempraktekkan keterampilan secara berkala,  terutama melalui aplikasi fungsional, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kinerja.
 
Langkah-langkah di atas dapat diaplikasikan dengan cara sebagai berikut:
Langkah 1
Siapkan koran, sebaiknya edisi Minggu, dan tunjukkan bagaimana  sulitnya dan memakan waktu untuk mencari dan menemukan sedikit informasi jika seseorang harus membalik-balik seluruh  kertasnya. Mintalah anak-anak mencoba sendiri untuk  menemukan item tanpa menggunakan petunjuk koran. 
Selanjutnya, tununjukkan bagaimana orang dapat dengan mudah  menemukan informasi dengan bantuan petunjuk tersebut. 
Langkah 2  
a. Pastikan anak tahu bagaimana menggunakan kamus dan ensiklopedia sebelum pengajaran keterampilan ini.
b. Perkenalkan anak-anak dengan berbagai bagian surat kabar: berita umum, iklan baris, olahraga, tajuk rencana, cuaca, dan sebagainya. 
c. Ajarkan anak-anak tentang kosakata khusus yang berkaitan dengan surat kabar
d. Ajarkan anak-anak mengenai berbagai hal yang dapat dimasukkan ke dalam berbagai kategori yang tercantum dalam direktori tersebut, dan cara mengaturnya. Sebagai contoh, apa  yang termasuk dalam bagian Seni dan Hiburan, bagaimana iklan baris terorganisir, dan bagaimana seseorang mencari tahu  tentang penggunaan pengaturan?
e. Menyediakan koran untuk setiap siswa, dan meminta siswa menemukan cara mudah menggunakan direktori. Hal tersebut dapat mencakup jadwal acara televisi dan olahraga. Lakukan supervisi untuk memastikan setiap orang melakukan keterampilan dengan benar. 
Langkah 3  
Ikuti langkah 2 dengan latihan yang mewajibkan anak-anak menemukan hal-hal dalam menggunakan direktori. Pelaksanaan langkah ini masih dengan pengawasan dan bantuan guru tentang 
beberapa hal yang diperlukan. Setelah itu, periksa tanggapan siswa.
Langkah 4
Tugaskan anak untuk menemukan informasi dalam koran hari berikutnya. Hal ini harus dilakukan oleh mereka sendiri tanpa pengawasan guru. Periksa tanggapan. 
Langkah 5  
Bawalah ke kelas salinan surat kabar yang sedikit berbeda dari yang sudah digunakan, dalam hal format direktorinya. Tugaskan anak untuk menemukan informasi dalam koran tersebut tanpa bantuan guru untuk melihat apakah mereka dapat mentransfer dan memodifikasi keterampilan mereka dari satu situasi ke yang lain. Periksa tanggapan.
Langkah 6 
Selanjutnya, selalu perintahkan anak menggunakan direktori untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Perhatikan keakuratan dan keluasan penggunaan direktori.
 
 
3. Mengajarkan Nilai dan Sikap 
        Hal yang paling sering diingat ketika seorang anak beranjak dewasa adalah pengalaman dari sekolah dasar mereka mengenai cerita drama tertentu dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut. Keberanian untuk membaca di depan kelas digunakan oleh beberapa guru untuk melatih siswa  mereka. Pengalaman ini penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar untuk  diingat, tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai￾nilai umum, sikap, dan cita-cita yang termasuk dalam karakter nasional. 
        Pengenalan dan internalisasi nilai-nilai umum oleh anggota individu merupakan  suatu kebutuhan penting bagi kehidupan sosial yang stabil dalam suatu  masyarakat. Hal ini diperlukan dalam proses sosialisasi generasi muda untuk  terjun dalam dimensi penting IPS. Proses ini tentu saja dimulai dari rumah, kemudian dilanjutkan dan diperpanjang di sekolah, terutama melalui mata pelajaran IPS. Kepedulian terhadap nilai-nilai dan proses penilaian jelas  berhubungan dengan perkembangan moral anak-anak.Rencana pelajaran berurusan dengan nilai-nilai simbolis memberikan contoh yang baik dari pelajaran berdasarkan nilai-nilai umum. Nilai-nilai umum ditampilkan melalui IPS dengan cara berikut: 
a. Kehidupan sehari-hari di dalam kelas yang menekankan pertimbangan untuk  orang lain, kebebasan dan kesetaraan, kebebasan berpikir, tanggung jawab  individu atas tindakan seseorang, dan martabat individu manusia. 
b. Studi tentang sejarah dan perkembangan negara ini menekankan cita-cita yang mengilhami dan menunjukkan bahwa diperlukan usaha untuk terus menerus bergerak mendekati kenyataan dari sesuatu yang dicita-citakan.
c. Studi biografi individu yang hidupnya mencerminkan nilai-nilai umum bangsa. 
d. Studi tentang hukum, sistem hukum dan keadilan.
e. Perayaan liburan yang memperkuat nilai-nilai dan cita-cita yang terkait dengannya.
f. Analisis yang bijaksana mengenai makna pernyataan seperti pembukaan konstitusi negara.
g. Membangun kesadaran untuk situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat ini yang berkomitmen. 
h. Studi-studi lintas-budaya untuk menggambarkan perbedaan nilai dari satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.
 
 
4. Mengembangkan Kemampuan Berpikir
 
        Salah satu tujuan utama pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan sikap dan keterampilan anak-anak yang memungkinkan mereka untuk mampu memecahkan masalah secara mandiri. Untuk itu, anak-anak perlu mengembangkan sikap skeptis yang sehat tentang berbagai hal dan kejadian di  dunia. Pemecah masalah yang baik memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang mereka lihat dan terjadi di sekitarnya. Mereka mengembangkan sikap mempertanyakan. Hal ini mungkin bisa dikategorikan sebagai unsur penyelidikan yang membuat para orangtua memiliki syarat tertentu ketika hal itu digunakan oleh anak-anak. Orang tua akan lebih memilih anak-anak mereka untuk menerima keyakinan tertentu dan ide-ide sebagai dasar kebenaran yang tidak dipertanyakan. 
        Konsep religi adalah sebuah contoh. Karena konflik ini, penting bagi guru untuk tahu bahwa penyelidikan berdasarkan prosedur pemecahan masalah ilmiah adalah hanya salah satu dari beberapa cara untuk mengetahui hal-hal yang benar. Akan tetapi, kadang-kadang yang diajarkan di sekolah seolah-olah ini adalah satu-satunya cara mengetahui, dan sebagai konsekuensinya, kita mengasingkan mereka yang tidak berbagi dengan pandangan ini. 
        Mengajar Kemampuan Berpikir melalui Penyelidikan Dalam laporan tujuan pendidikan dan tujuan, adalah sangat umum untuk  menemukan pengembangan kemampuan berpikir yang diberikan prioritas tinggi. Demikian pula, sangat jarang untuk menemukan seorang guru yang tidak  mengklaim untuk mengajar anak-anak untuk berpikir. Masalahnya, tentu saja, adalah bahwa sering kali ada perbedaan besar antara niat dan kinerja, sehingga sebagian dari kegagalan untuk memahami bagaimana keterampilan berpikir diajarkan dan dipelajari. 
    Untuk menegur seseorang untuk berpikir tidak berharga, kecuali sebagai cara untuk mengatakan kepada individu untuk memperhatikan dan berkonsentrasi pada tugas di tangan. Prosedur yang tepat untuk mengajar mereka lebih keterampilan berpikir yang berkaitan dengan pemecahan masalah adalah mereka yang kita sebut berorientasi penyelidikan atau investigasi. Proses berpikir terdiri dari serangkaian sub keterampilan, dan seperti keahlian lain, mereka harus dilakukan jika mereka harus diterapkan dengan tingkat kemahiran. Sub keterampilan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 
1. Mengidentifikasi masalah dan pertanyaan untuk studi. 
2. Membuat kesimpulan dan menarik kesimpulan dari data.
3. Membuat perbandingan. 
4. Mengembangkan hipotesis.
5. Menggunakan bukti untuk menguji hipotesis. 
6. Perencanaan bagaimana belajar pertanyaan atau masalah.
7. Mendapatkan data dari berbagai sumber.
8. Memprediksi hasil yang mungkin.
9. Memutuskan apa bukti yang diperlukan dalam mempelajari masalah. 
10. Memutuskan apa bukti yang relevan dengan penelitian ini. 
 
            Keterampilan ini harus dimasukkan dalam pekerjaan yang sedang berlangsung kelas jika peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam penggunaan. Sesekali pelajaran khusus pada pertanyaan itu sendiri tidak memadai untuk membangun kompetensi. Tentu saja, tidak semua sub keterampilan ini akan muncul dalam pelajaran IPS setiap hari. Selama jangka waktu beberapa minggu, 
        Namun, kita harus melihat perhatian yang seimbang dan sistematis yang diberikan kepada mereka. Tidak semua cara mengajar IPS perlu, atau bahkan harus berorientasipada penyelidikan. Modus mengajar yang dipilih harus konsisten dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi kepada anak-anak atau untuk mengajarkan keterampilan, cara mengajar eksposisi dan demonstrasi sering lebih efektif dan efisien daripada penyelidikan. Akan tetapi, jika tujuannya adalah untuk melatih kemampuan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah, strategi penyelidikan harus digunakan. 



BAB III
PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS
 

 
 
1. Tipe-Tipe Rencana Pembelajaran 
        Beberapa pedoman yang bisa digunakan guru ketika menyusun rencana pembelajaran biasanya sudah tersedia di masing-masing sekolah. Pedoman-pedoman tersebut berupa panduan kurikulum, daftar topik yang disarankan, kerangka kurikulum, buku teks, atau beberapa petunjuk yang membimbing guru dalam memilih topik atau unit yang harus dimasukkan dalam kurikulum. Guru dapat memilih beberapa topik yang diperlukan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, seorang guru harus terbiasa dengan kebijakan masing-masing daerah untuk menyiapkan ketepatan rencana pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang menyeluruh belum tentu menjadi jaminan kesuksesan dalam mengajar. Akan tetapi, hal ini memberikan kesempatan, kepercayaan dan kemungkinan kepada guru dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran. 
Guru yang berpengalaman bisa memilih dan menggunakan tiga jenis rencana pembelajaran IPS sebagai berikut:
 (1) rencana unit, 
(2) rencana jangka pendek yang difokuskan pada topik tunggal, ide utama, atau keterampilan, dan 
(3) rencana harian. Rencana jangka panjang, biasanya disebut sebagai unit kerja, mencakup periode enam sampai sepuluh minggu, selama beberapa waktu di mana kelas mempelajari beberapa topik yang luas secara berkesinambungan.
         Rencana unit bisa dipandang sebagai cara mengatur bahan dan kegiatan, bisa juga disebut sebagai studi yang diperpanjang, atau studi mendalam. Hal ini juga mungkin untuk merencanakan unit besar yang bekerja sebagai serangkaian urutan unit kecil terkait tipe yang sedang dijelaskan. Bila ini dilakukan, namun guru ingin memberikan beberapa kegiatan yang sedang berlangsung dalam rangka memberikan kontinuitas terhadap studi yang lebih besar. Jenis ketiga adalah rencana pengajaran yang benar-benar digunakan guru dalam pembelajaran. Ini adalah apa yang biasanya disebut, rencana pelajaranharian, dan benar-benar „peta‟ yang digunakan guru untuk mengajar. Rencana tersebut harus memperpanjang dan melanjutkan instruksi dari satu sesi kelas ke sesi berikutnya. Tentu, rencana pengajaran khusus ini dikembangkan dalam konteks unit studi yang diperpanjang. Akan tetapi, rencana pembelajaran yang terpisah dan tidak mengikat beberapa kerangka kerja yang lebih besar tidak dianjurkan pada guru karena fragmentasi yang dihasilkan dari topik yang dipelajari. Rencana harus memindahkan proses belajar secara berurutan dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
a. Perencanaan Berbasis Buku Pelajaran
b. Perencanaan yang Berorientasi Topik atau Subyek 
c. Perencanaan Informal yang Berpusat pada Siswa

2. Merencanakan Satuan Pelajaran
        Satu hal penting yang bisa disimpulkan dari pembahasan sebelumnya, bahwa satuan pelajaran yang direncanakan dan diajarkan sangat bervariasi antara guru yang satu dengan guru yang lain. Untuk satu unit mungkin tidak lebih dari satu bab atau bagian buku yang berkaitan dengan topik tunggal. Bagi seorang guru, suatu unit bisa berupa sebuah studi komprehensif yang mencakup mata pelajaran, keterampilan, dan kegiatan dari semua kurikulum sekolah, sedangkan guru lain menyesuaikan rencana unit ini dengan topik yang sedang berkembang. 
        Guru yang sama mungkin menangani topik yang sama dengan cara yang berbeda. Berikut adalah deskripsi komponen penting dari rencana unit secara keseluruhan. Pembaca harus memahami bahwa terkadang penilaian individu dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru dalam IPS tidak sesuai dengan perencanaan dan pengajarannya. 
        a. Melakukan Survey Ketersediaan Sumber Belajar
        b. Menetapkan Tujuan 
        c. Memilih dan Mengorganisasikan Materi Pokok
        d. Mengawali Pembelajaran
        e. Mengembangkan Pembelajaran: Permasalahan, Pengalaman, atau Kegiatan

        Pembelajaran dengan melakukan suatu pekerjaan atau tahapan pemecahan masalah di kelas tinggi dan kelas rendah ditangani dengan cara yang berbeda. Walaupun anak-anak dari segala usia perlu banyak pengalaman langsung untuk memperluas pemahaman tentang konsep IPS, anak yang lebih tua memiliki keakraban yang lebih besar dengan berbagai hal. Oleh karena itu, mereka mempunyai pengalaman yang jauh lebih besar daripada siswa kelas rendah. Selain itu, anak yang lebih tua dapat menggunakan buku sebagai alat untuk belajar IPS, sedangkan anak muda kurang mampu melakukannya. Susunan fisiologis dan psikologis siswa kelas tinggi diperlukan untuk melakukan kegiatan belajar yang melibatkan anak secara aktif berdasarkan pengalaman langsung. 
 
        Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatan belajar untuk semua 
tingkatan kelas:
1) Berbagi
    Kelas Pak Sadikan sedang belajar mengenai masyarakat pantai. Dengan menggunakan bak pasir dan berbagai macam benda yang telah dikumpulkan dan dibawa dari rumah, mereka membuat model yang 
mendeskripsikan sebuah pantai. Anak laki-laki dan perempuan berbicara tentang barang yang mereka bawa dan dari mana barang-barang tersebut berasal. Mereka mendiskusikan apakah barang-barang tersebut berasal dari alam atau buatan manusia.
2) Konstruksi
    Kelas Bu Tatik mempelajari cara memasak yang dilakukan oleh orang-orang pada jaman dahulu. Peralatan dan bahan memasak yang digunakan, seperti tongkat, batu, dan tanaman merambat, didapatlan dari hutan. Setiap anak menunjukkan cara menggunakannya.
3) Percobaan
    Ketika mempelajari tentang pertanian di kelasnya, Bu Siti menyediakan jagung dan kacang-kacangan. Anak-anak membandingkan bentuk dan jenis biji-bijian tersebut. Selanjutnya, beberapa biji-bijian tersebut ditanam, kemudian dibandingkan antara waktu dan munculnya tunas pertama.
4) Mendengarkan
    Di kelas Pak Purwo, fokus dari studi adalah pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Dalam memotivasi anak-anak, Pak Purwo membaca sebuah legenda tentang Roro Jonggrang dan meminta mereka untuk 
memutuskan adakah keterkaitan antara pengaruh kebudayaan tersebut dengan kehidupan mereka, menggunakan legenda sebagai petunjuk untuk sistem nilai mereka.
5) Diskusi
    Kelas Bu Tugiyem sedang mempelajari tentang kejadian terkini. Seorang anak membawa sebuah artikel dari koran sore menceritakan tentang penjualan beras dari Indonesia ke negara lain. Selanjutnya, para siswa berdiskusi untuk menimbang keuntungan dan kerugian dari tindakan ini bagi rakyat Indonesia. 
6) Menuliskan Pengalaman
    Kelas Bu Qori menulis surat kepada kakek-nenek mereka meminta mereka untuk berbagi kenangan saat masih sekolah. Kakek-nenek yang tinggal berdekatan diminta untuk mengunjungi kelas Bu Qori. 
7) Drama Kegiatan
    Selama studi mereka di Indonesia, setiap anak di kelas Bu Dewi membuat wayang kulit. Dalam kelompok kecil mereka mendramatisir situasi dari kehidupan Indonesia.
8) Seni Pengalaman
    Dalam kelas pertama anak-anak melakukan perjalanan ke sebuah perkebunan. Setelah kembali ke kelas, anak-anak mengecat mural yang menunjukkan hewan, peralatan, orang, dan bangunan mereka telah diamati.
9) Karyawisata
    Sehari dihabiskan di wajar selama studi negara. Anak-anak melihat apa produk yang ditampilkan dan apa yang mereka wilayah negara telah memberikan kontribusi.
10) Pengolahan
    Selama studi sejarah kolonial kelas dibagi menjadi kelompok untuk membuat sabun, lilin, roti panggang, mentega, membuat pewarna, dan menenun.
 
    Beberapa kegiatan unit seperti contoh-contoh di atas akan melibatkan seluruh kelompok, sedangkan yang lain melibatkan individu atau kelompok kecil. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, guru harus memastikan bahwa setiap anak tahu apa yang diharapkan. Ruang kelas yang beroperasi dengan  cara ini adalah tempat di mana anak-anak melakukan hal-hal, akibatnya, mereka akan bergerak, bertanya, dan berkomunikasi dengan satu sama lain, dan suasana yang umumnya informal namun tugas-berorientasi akan menang.
        f. Evaluasi Belajar 
        g.Menyimpulkan dan Menutup Pembelajaran


3. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
        Sejauh ini diskusi kita berkutat di seputar perencanaan sebuah unit, sebidang pekerjaan yang mungkin membutuhkan beberapa minggu untuk menyelesaikannya. Dalam rangka melaksanakan rencana tersebut, guru harus menggali ide-ide rencana unit yang dapat dikonversi menjadi sekuens instruksional lebih pendek yang mungkin membutuhkan waktu satu minggu atau  lebih. Kadang-kadang ini disebut rencana pelajaran harian, meskipun ada beberapa orang yang keberatan dengan istilah itu karena menunjukkan dan bisa mengakibatkan fragmentasi, kekakuan, dan prosedur pengajaran model lama. 
        Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial harus kontinu dari satu hari ke hari berikutnya. Anak-anak mengambil sesuatu yang mereka tinggalkan dalam pelajaran sehari sebelumnya. Rencana pelajaran harus konsisten dengan keberlanjutan yang terus menerus dalam belajar. Contoh rencana jangka pendek adalah mengajar peta perjalanan yang dimiliki guru dan menggunakannya pada saat mengajardilakukan. Karena guru bergantung pada rencana-rencana untuk melaksanakan instruksi tersebut, mereka harus lengkap dalam setiap detail, tepat, berurutan, mengantisipasi berbagai kemungkinan, dengan sesedikit mungkin meninggalkan kebetulan. Seperti ketika guru mempersiapkan rencana tersebut, akan sangat membantu untuk melatih mental bagaimana pelajaran diharapkan untuk dimulai dengan langkah demi langkah. Ini akan membantu mengurangi kemungkinan menghadapi kejutan saat pelajaran sedang berlangsung.
     
    Ada empat komponen penting dari rencana jenis ini, yaitu
(1) tujuan yang mengidentifikasi hal-hal yang akan dipelajari anak-anak, 
(2) pengembangan pelajaran untuk memasuk
        (a) kesiapan atau kepentingan-bangunan prosedur yang menunjukkan bagaimana urutan adalah                 mulai, dan 
          (b) pekerjaan-studikegiatan yang menunjukkan apa yang akan dilakukan anak untuk membantu 
            mereka belajar, 
(3) ringkasan dan evaluasi yang menunjukkan bagaimana urutan kegiatan penutup, dan 
(4) daftar bahan ajar dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengajarkan urutan. 
 
 
4. Mereview Kecukupan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
        Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh seorang guru belum juga disiapkan dengan baik walaupun mungkin telah diberi lebih banyak waktu dan lebih banyak sumber daya. Perencanaan pembelajaran adalah proses yang terbuka, yang bisa dilakukan terus tanpa henti. Banyak guru dapat mengingat, seperti ketika mengajarkan kepada siswa, dalam waktu setengah malam menyiapkan setengah jam pelajaran yang akan diajarkan pada hari berikutnya. Meskipun upaya tersebut terpuji, tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Pada titik tertentu, guru harus memutuskan bahwa pelajaran sudah cukup baik direncanakan dan kemudian dapat beralih ke hal-hal lain.
 
 
 
BAB IV
MEMILIH DAN MEMANFAATKAN SUMBER BELAJAR
 
 
 
 
        Menurut Jarolimek (1967: 80) bahan dan sumber belajar dalam IPS dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: (1) reading material (bahan bacaan) yang bisa berupa buku teks, ensiklopedi, referensi, komputer, majalah, pamflet, koran, kliping, folder perjalanan, kelas berkala, bahan cetak, dan (2) non-reading material (bukan bahan bacaan), yang bisa berupa gambar, film, filmstrips, rekaman, kunjungan  lapangan, peta, bola dunia, dan berbagai jenis sumber belajar yang berasal dari  masyarakat. Kedua kategori tersebut secara bersama-sama menyediakan sumber informasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS. Ketika memilih sumber belajar, yang perlu diperhatikan dan penting untuk dipikirkan guru adalah tujuan yang akan dicapai. Salah satu sumber belajar atau bahan yang dipilih seyogyanya efektif dan mampu membawa siswa ke arah tujuan tersebut. 
     
        Dengan kata lain, alat bantu pembelajaran, materi, dan sumber yang dipilih mampu membantu guru untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut ini beberapa alasan pentingnya guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran: 
1. Tidak semua anak belajar dengan cara yang sama; media yang berbeda dapat membantu siswa dengan gaya belajar yang berbeda. 
2. Rentang kemampuan membaca anak yang dipilih secara acak untuk membentuk kelompok kelas sekolah dasar yang besar, rata-rata tiga sampai lima tahun di kelas yang lebih rendah dan lima sampai sepuluh tahun di kelas-kelas menengah dan atas.
3. Setiap media memiliki kekuatan yang khas dan keterbatasan dalam menyampaikan pesan.
4. Dampak pesan yang disampaikan mungkin akan lebih kuat jika lebih dari satu  sistem sensorik yang terlibat untuk menerima hal itu. 
5. Bahan yang harus dipelajari sangat bervariasi, abstrak dan kompleks.
6. Penggunaan berbagai media dapat memotivasi dan meningkatkan kualitas  ketertarikan siswa pada materi.
7. Model pembelajaran yang menekankan pada penyelidikan dan memerlukan pemecahan masalah yang luas untuk mengatur pencarian informasi tahap dan sumber. 
8. Berbagai sumber yang bervariasi dapat memberikan wawasan yang berbeda pada subjek yang sama. Hasil ini mungkin akan berbeda jika guru hanya menggunakan satu sumber dalam proses pembelajaran. 
 
            Bahan instruksional perlu dievaluasi dengan hati-hati sebelum, selama, dan sesudah digunakan. Penggunaan bahan ini setiap kali mengajar pada semua materi dengan alasan karena bahan tersebut mudah didapatkan dan selalu tersedia adalah kebijakan yang kurang baik. Kualitas bahan atau sumber belajar harus menjadi pertimbangan utama dalam menentukan penggunaannya. Peta yang sudah kadaluarsa, film yang berkualitas buruk, gambar yang tidak akurat, atau perjalanan lapangan yang  pandunya kurang menarik, misalnya, mungkin lebih baik tidak digunakan sama sekali.
 
        Kualitas suatu sumber belajar, khususnya buku pelajaran, dapat diketahui dari  keterampilan guru dalam menggunakannya. Semua bahan dan sumber belajar membutuhkan kemampuan guru untuk menyiapkan panggung belajar dan memilih tempat penggunaannya. Sebagai contoh, di satu sisi, sebuah buku pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS oleh seorang guru yang kurang mampu berimajinasi dapat menghancurkan proses pembelajaran tersebut. Sementara di sisi lain, buku yang sama digunakan oleh guru lain dapat menjadi salah satu sumber belajar paling berharga yang tersedia untuk kelas. 
 
        Dengan kata lain, bahan dan sumber belajar tidak bisa dengan mutlak dianggap bahwa ia lebih baik dari guru. Dikatakan demikian, karena seperti yang sudah dituliskan di awal, kualitasnya tergantung dan ditentukan oleh keterampilan guru dalam menggunakannya. Bukananggapan sebaliknya, bahwa medialah yang memproduksi program-program menarik untuk anak-anak. Berbeda halnya dengan para guru kesenian, ketika memerlukanbahan untuk mengajar secara kreatif, dengan mudah bahan itu tersedia. Akan tetapi, kita tidak bisa menganggap bahwa pasokan bahan ajar yang murah akan menjaminadanya inspirasi dan kreativitas dalam mengajar. 
 
        Dengan demikian, diperlukan interaksi antara guru yang berbakat dengan berbagai media yang sesuai sehingga mampu menghasilkan pembelajaran yang unggul dalam IPS. 
1. Bahan Bacaan
a. Buku Pelajaran
b.  Ensiklopedia
c. Referensi Tambahan 
d. Bahan-bahan murah dan Gratis 

2.Bukan Bahan Bacaan 
a. Gambar, Foto, Ilustrasi 
b. Film 
c. FilemStrip
d. Slide
e.Overhead Proyektor 
f. Media Audio(Auditory Aids) 
g. Televisi 
h. Kamar Lingkungan 
i. Papan Buletin

3.Masyarakat Setempat 




Daftar Pustaka 
 


https://isnainiayh02.blogspot.com/2021/01/pendidikan-ips-sd-pgsd-unu-ntb.html








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumber Otoritas Pelaksanaan Supervisi [PGSD_UNU_NTB]

Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Dan Pengawas Di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi guru yang bekerja setiap hari di sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali Kepala Sekolah. Guru merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua komponen yang terkait dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisi pendidikan. Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dan...

Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA

selampang,30 Agustus 2020 Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA  Struktur kurikulum TPA ini meliputi inti pembelajaran yang dilewati pada jenjang pendidikan untuk 3 tahun atau dalam enam semester. Pada masing masing jenjang ditempuh dengan waktu satu tahun yang mana dinamakan dengan level. Dengan waktu 3 tahun maka level yang ada adalah : -Level A -Level B -Dan level C  Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ didasarkan kepada standar kompetensi lulusan dengan ketentuaan seperti dibawah ini :  Kurikulum TPQ berisi materi pokok dan materi dengan muatan lokal.Untuk materi pokok yaitu Pembelajaran Alquran, ilmu tajwid, ayat pilihan, bacaan sholat, hafalan surah pendek, praktek ibadah, doa serta adab harian, tahsinul kitabah, dan Pengenalan dasar agama Islam. Untuk muatan lokal disesuaikan dengan kondisi masing masing.  Sedangkan untuk materi pokok pada setiap jenjang l...

Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan [PGSD_UNU_NTB]

Bab III. Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan Kapita Selekta Pendidikan A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari uraian materi pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan pengertian pendidikan dan budaya. 2. Mampu menjelaskan konsep budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 3. Mampu mejelaskan keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan. 4. Mampu mendeskripsikan fungsi dan nilai-nilai budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 5. Mampu mendeskripsikan implementasi budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 6. Mampu menjelaskan implikasi masalah beserta solusi terkait budaya nasional sebagai dasar pendidikan.  B. Pendahuluan    Hanya manusialah yang memiliki budaya, kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang tetapi juga dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa pendidikan tidak lain adalah proses pembudayaan. Artinya apabila pendidikan itu dilepaskan dari kebudayaan maka tujuan pe...