Sifat konsep terkadang dimanfaatkan untuk mengklasifikasikan, mengkategorikan, dan mengatur sejumlah pengetahuan spesifik dengan kesepakatan tertentu. Sebagai contoh, pohon memiliki atribut tertentu, yaitu selalu berdaun hijau; yang lain, daun rontok sebagai atributnya. Beberapa kelompok hewan yang dikenal sebagai mamalia; yang lain sebagai reptil, dan yang lainnya sebagai burung-burung. Suatu bentuk pemerintahan tertentu disebut demokrasi; yang lain sebuah otokrasi. Kemampuan dan kecenderungan untuk mengklasifikasikan persepsi dari realitas tertentu ke dalam kelompok-kelompok ini memiliki kualitas yang umum dan bisa disebut dengan pemikiran konseptual. Pemikiran konseptual memungkinkan untuk memanipulasi realitas intelektual, yaitu seseorang dapat mengetahui
masalah yang kompleks "di kepala seseorang". Ini adalah kualitas khas manusia.
b. Mengubah Konsep ke Bentuk Pemikiran yang Tepat untuk Anak Sekolah Dasar
Konsep-konsep dan topik-topik IPS dapat dipelajari dengan berbagai tingkat kompleksitas. Siswa TK dan siswa SD kelas rendah sering mempelajari keluarga dan kehidupan keluarga. Namun seorang mahasiswa yang sedang berupaya memperoleh gelar doktor di bidang sosiologi atau antropologi mungkin mengambil seminar lanjutan tentang masalah yang sama. Bagaimana seorang guru mengatur kompleksitas materi pelajaran, konsep-konsep, dan generalisasi dengan cara yang masuk akal bagi anak-anak? Berikut ini langkah-langkah yang disarankan untuk dilakukan guru:
1. Menentukan konsep dan ide-ide kunci dalam suatu bentuk yang berorientasi pada anak. Berikut ini adalah contoh-contoh konsep dan maknanya bagi anak-anak.
konsep | Maknanya bagi anak-anak- Keadilan ; Bermain Jujur
- Hukum ; Aturan
- Kesetaraan Kesepakatan ; Melihat Bahwa Setiap Orang Mendapat Giliran
- Kerjasama ; Bekerjasama Dengan Orang Lain
- Bertanggung Jawab ; Melakukan Tanggung Jawab Pihak Anda atau Melakukan Tugas And
2. Memilih mata pelajaran yang bisa diidentifikasi oleh anak-anak.
Ini tidak berarti bahwa topik yang dipilih untuk belajar dalam semua kasus harus dekat secara fisik dengan anak. Asumsi umum adalah bahwa halhal yang secara fisik dekat dengan anak akan lebih akrab daripada yang jauh. Hal ini tidak selalu terjadi. Anak-anak bisa belajar tentang hal-hal jauh sehingga secara psikologis dekat dengan mereka. Di sisi lain, hal-hal yang secara fisik dekat mungkin secara psikologis jauh. Gaya hidup keluarga yang tinggal di kota, misalnya, merupakan hal yang asing bagi seorang anak, dan dianggap sama seperti orang-orang yang tinggal di belahan dunia lain.
3. Mengembangkan gagasan hanya ke titik di mana anak-anak bisa menerapkannya pada realitas. Butuh waktu bagi anak-anak untuk belajar konsep. Anak-anak memahami suatu gagasan secara kumulatif selama beberapa tahun. Jangan berharap anak-anak di kelas-kelas awal untuk belajar konsep-konsep yang kompleks. Kecenderungannya adalah mencoba untuk mengajari anak-anak lebih dari yang mereka inginkan atau tahu tentang suatu konsep atau subjek pada waktu tertentu.
4. Memfokuskan pada pendekatan diagnostik untuk mengajar.
Cari informasi mengenai berapa banyak anak yang sudah mengetahui tentang suatu konsep. Hal ini biasanya dapat dilakukan melalui diskusi kelas informal di mana anak-anak menjawab pertanyaan-pertanyaan terbuka dari guru yang telah dipersiapkan sebelumnya. Amati seberapa baik anak-anak menggunakan istilah dan konsep baru secara alami dan mudah. Sadarilah tingkat kepentingan dari hal yang sedang dipelajari. Lukiskan pengalaman anak-anak dalam perencanaan dan pengajaran IPS. Doronglah anak untuk berbicara tentang materi yang dipelajari, yang berhubungan dengan kehidupan mereka.
c. Tiga Strategi Membangun Konsep
Secara umum, konsep-konsep yang dipelajari dengan mengutip contoh (Yogyakarta adalah contoh kota), dengan menjelaskan konsep (sebuah kota adalah kota yang didirikan dan batas-batas kekuasaan pemerintah berwenang dan didefinisikan dalam sebuah piagam dari letak negara). Strategi pengajaran yang digunakan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS sering dikaitkan dengan tiga cara belajar konsep berikut ini.
1) Strategi Satu: Mendaftar, Mengelompokkan, Melabelkan
Strategi ini dapat digunakan dalam berbagai cara untuk mengajarkan konsep-konsep dalam IPS. Berikut adalah beberapa contoh tambahan:
a) Misalkan pengunjung dari negara lain menghabiskan hari di sekolah kita, apa yang akan dia lihat?
b) Apa yang Anda lihat ketika berjalan melalui daerah tetangga?
c) Bagaimanakah cara barang dan orang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain?
d) Berapa banyak hal yang dapat Anda buat daftar dari barang-barang yang diproduksi kota atau negara kami?
e) Barang-barang apa saja yang dijual di supermarket?
f)Hal-hal apa yang bisa dilakukan manusia jika tidak ada manusia lain yang menciptakan sesuatu?
g) Sumber daya alam mana saja yang selalu kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari?
2) Strategi Dua: Mengalami, Membuat Hipotesis, Menguji
Melalui diskusi ini, anak-anak mengembangkan hipotesis berikut:
a) Periklanan membantu konsumen karena memberitahu mereka tentang produk baru dan harganya.
b) Iklan yang efektif ingin mencoba menciptakan produk, apakah konsumen membutuhkannya atau tidak.
c) Iklan lokal memiliki efek yang langsung terhadap penjualan di toko-toko lokal daripada iklan nasional.
d) Anak-anak mulai mencari informasi yang akan mendukung atau menolak hipotesis ini. Pengumpulan informasi bisa dilakukan di luar sekolah dengan mewawancarai konsumen, pedagang lokal, dan perwakilan dari biro iklan. Proses ini memaksa mereka untuk mengeksplorasi lebih jauh sub konsep seperti terkait sebagai kebutuhan dan keinginan, promosi, pendengar, klien, account, pasar, tata letak, dampak, tema, dan daya tarik penjualan. Dalam waktu, mereka mampu membentuk beberapa kesimpulan sementara yang berkaitan dengan hipotesis mereka, tetapi mereka menyarankan pencarian hipotesis lain yang perlu eksplorasi. Seluruh proses memberikan anak-anak dengan keakraban yang menyeluruh dengan konsep iklan dari perspektif yang berbeda.
Strategi ini sangat berguna untuk mengajarkan konsep-konsep seperti kebudayaan, keadilan, konflik, demokrasi, kesetaraan, dan konsep-konsep lain dalam IPS yang relatif sulit untuk didefinisikan. Pada kenyataannya, bahkan tidak ada konsensus di antara para ahli tentang makna yang tepat dari konsep-konsep ini. Konsep dipahami sebagai subjek untuk memperluas berbagai pengaturan selama jangka waktu yang panjang.
3) Strategi Tiga: Mengenali Contoh dan Bukan Contoh
Dalam Standar Isi IPS SD, dituliskan bahwa kompetensi dasar untuk kelas enam adalah membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga. Guru ingin mengembangkan konsep modernisasi dan melakukannya dengan cara menulis di papan tulis hal-hal berikut ini:
Modernisasi melibatkan:
a) Penerapan teknologi untuk mengontrol sumber daya alam.
b) Penggunaan kekuatan sumber daya yang berupa benda mati dan energi.
c) Penggunaan alat-alat untuk melipatgandakan pengaruh energi yang dikeluarkan manusia.
d) Sebuah output produksi per kapita yang tinggi
d. Mengembangkan Generalisasi
Generalisasi adalah hubungan antara dua atau lebih konsep yang biasanya dinyatakan sebagai laporan deklaratif. Empat jenis generalisasiyang relevan dengan pendidikan IPS adalah:
1. Sebuah supermarket menjual semua produk makanan yang dibutuhkan oleh konsumen.
2. Iklan tentang harga berbagai barang lebih mendorong konsumen untuk melakukan perbandingan dalam berbelanja.
3. Iklan palsu dan menyesatkan cenderung mengambil keuntungan yang tidak adil dari konsumen dan melanggar hukum .
4. Kapasitas suatu bangsa untuk memodernisasi tergantung pada basis sumber daya alam, kuantitas dan kualitas tenaga kerjanya, jumlah dan jenis modal yang tersedia untuk industri dan pertanian,
dan lembaga-lembaga, sikap, nilai, dan kebiasaan yang menentukan efektivitas dengan sumber daya ekonomi yang digunakan.
2. Mengajarkan Keterampilan IPS
Pengembangan keterampilan yang sistematis dan sekuensial sangat penting bagi anak-anak karena keterampilan adalah alat yang akan terus mereka gunakan untuk belajar. Konsekuensinya, ketidakcukupan pengembangan keterampilan cenderung menghambat pembelajaran di banyak bidang kurikulum sekolah dasar, terutama dalam IPS. Untuk mewujudkan prestasi IPS yang memadai, dalam banyak kasus dapat ditelusuri dari kemampuan membaca yang kurang berkembang, ketidakmampuan untuk memahami kosakata IPS, ketidakmampuan untuk membaca peta dan bola dunia, kurangnya kemampuanbelajar sambil bekerja, ketidakmampuan untuk menggunakan bahan referensi, atau keterbelakangan keterampilan bahasa.
Oleh karena itu, program yang seimbang dalam IPS perlu menyediakan instruksi yang sistematis dan terencana untuk memastikan pengembangan keterampilan ini.Keterampilan menyiratkan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Seseorang yang memiliki keahlian biasanya mampu merespon sesuatu dengan cara yang efisien. Keterampilan umumnya diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
motorik, intelektual, dan sosial.
Guru yang membantu anak-anak mengembangkan keterampilan tidak bergantung sepenuhnya pada pengajaran yang terkait dari mereka. Sebaliknya, keterampilan yang diajarkan secara sistematis, diidentifikasi dengan hati-hati, dipraktekkan dengan teliti, dan banyak digunakan. Prinsip ini berlaku untuk keterampilan intelektual seperti pemikiran kritis dan reflektif, menuju pada kesimpulan yang valid berdasarkan bukti, mengevaluasi sumber informasi, dan menafsirkan data dengan bekerja-belajar dan keterampilan proses.
Contoh Langkah-Langkah Mengajarkan dan Menerapkan Keterampilan untuk Menggunakan Petunjuk Sebuah Koran Langkah-langkah dalam mengajarkan keterampilan (Jarolimek, 1967: 34)
Langkah 1
Pastikan bahwa anak-anak memahami semua hal yang terlibat dalam melaksanakanketerampilan. Tunjukkan kepada mereka bagaimana ia digunakan. Sediakan model yang baik dalam pengoperasian keterampilan.
Langkah 2
Bagilah keterampilan ke dalam beberapa komponen dan atur mereka secara berurutan. Mengembangkan urutan mengajarlangkah demi langkah, meminta anak-anak melakukan masing-masing komponen seperti yang disajikan dan dijelaskan. Mengawasi secara hati-hati untuk memastikan respon mereka sudah benar.
Langkah 3
Mintalah anak-anak melakukan variasi keterampilan sederhana di bawah pengawasan Anda. Hal ini untuk memastikan bahwa mereka melakukan keterampilan dengan benar.
Langkah 4
Setelah anak-anak melakukan keterampilan dengan benar, masih dalam pengawasan guru, berikan latihan dan kesempatan untuk menggunakan variasi sederhana yang memastikan keberhasilan.
Langkah 5
Secara bertahap meningkatkan kompleksitas variasi keterampilan, dan mulai meminta anak-anak menerapkan keterampilan dalam situasi yang sangat berguna. Lanjutkan prosedur ini sampai tingkat kemampuan yang diinginkan tercapai.
Langkah 6
Lanjutkan untuk mempraktekkan keterampilan secara berkala, terutama melalui aplikasi fungsional, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kinerja.
Langkah-langkah di atas dapat diaplikasikan dengan cara sebagai berikut:
Langkah 1
Siapkan koran, sebaiknya edisi Minggu, dan tunjukkan bagaimana sulitnya dan memakan waktu untuk mencari dan menemukan sedikit informasi jika seseorang harus membalik-balik seluruh kertasnya. Mintalah anak-anak mencoba sendiri untuk menemukan item tanpa menggunakan petunjuk koran.
Selanjutnya, tununjukkan bagaimana orang dapat dengan mudah menemukan informasi dengan bantuan petunjuk tersebut.
Langkah 2
a. Pastikan anak tahu bagaimana menggunakan kamus dan ensiklopedia sebelum pengajaran keterampilan ini.
b. Perkenalkan anak-anak dengan berbagai bagian surat kabar: berita umum, iklan baris, olahraga, tajuk rencana, cuaca, dan sebagainya.
c. Ajarkan anak-anak tentang kosakata khusus yang berkaitan dengan surat kabar
d. Ajarkan anak-anak mengenai berbagai hal yang dapat dimasukkan ke dalam berbagai kategori yang tercantum dalam direktori tersebut, dan cara mengaturnya. Sebagai contoh, apa yang termasuk dalam bagian Seni dan Hiburan, bagaimana iklan baris terorganisir, dan bagaimana seseorang mencari tahu tentang penggunaan pengaturan?
e. Menyediakan koran untuk setiap siswa, dan meminta siswa menemukan cara mudah menggunakan direktori. Hal tersebut dapat mencakup jadwal acara televisi dan olahraga. Lakukan supervisi untuk memastikan setiap orang melakukan keterampilan dengan benar.
Langkah 3
Ikuti langkah 2 dengan latihan yang mewajibkan anak-anak menemukan hal-hal dalam menggunakan direktori. Pelaksanaan langkah ini masih dengan pengawasan dan bantuan guru tentang
beberapa hal yang diperlukan. Setelah itu, periksa tanggapan siswa.
Langkah 4
Tugaskan anak untuk menemukan informasi dalam koran hari berikutnya. Hal ini harus dilakukan oleh mereka sendiri tanpa pengawasan guru. Periksa tanggapan.
Langkah 5
Bawalah ke kelas salinan surat kabar yang sedikit berbeda dari yang sudah digunakan, dalam hal format direktorinya. Tugaskan anak untuk menemukan informasi dalam koran tersebut tanpa bantuan guru untuk melihat apakah mereka dapat mentransfer dan memodifikasi keterampilan mereka dari satu situasi ke yang lain. Periksa tanggapan.
Langkah 6
Selanjutnya, selalu perintahkan anak menggunakan direktori untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Perhatikan keakuratan dan keluasan penggunaan direktori.
3. Mengajarkan Nilai dan Sikap
Hal yang paling sering diingat ketika seorang anak beranjak dewasa adalah pengalaman dari sekolah dasar mereka mengenai cerita drama tertentu dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut. Keberanian untuk membaca di depan kelas digunakan oleh beberapa guru untuk melatih siswa mereka. Pengalaman ini penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar untuk diingat, tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilainilai umum, sikap, dan cita-cita yang termasuk dalam karakter nasional.
Pengenalan dan internalisasi nilai-nilai umum oleh anggota individu merupakan suatu kebutuhan penting bagi kehidupan sosial yang stabil dalam suatu masyarakat. Hal ini diperlukan dalam proses sosialisasi generasi muda untuk terjun dalam dimensi penting IPS. Proses ini tentu saja dimulai dari rumah, kemudian dilanjutkan dan diperpanjang di sekolah, terutama melalui mata pelajaran IPS. Kepedulian terhadap nilai-nilai dan proses penilaian jelas berhubungan dengan perkembangan moral anak-anak.Rencana pelajaran berurusan dengan nilai-nilai simbolis memberikan contoh yang baik dari pelajaran berdasarkan nilai-nilai umum. Nilai-nilai umum ditampilkan melalui IPS dengan cara berikut:
a. Kehidupan sehari-hari di dalam kelas yang menekankan pertimbangan untuk orang lain, kebebasan dan kesetaraan, kebebasan berpikir, tanggung jawab individu atas tindakan seseorang, dan martabat individu manusia.
b. Studi tentang sejarah dan perkembangan negara ini menekankan cita-cita yang mengilhami dan menunjukkan bahwa diperlukan usaha untuk terus menerus bergerak mendekati kenyataan dari sesuatu yang dicita-citakan.
c. Studi biografi individu yang hidupnya mencerminkan nilai-nilai umum bangsa.
d. Studi tentang hukum, sistem hukum dan keadilan.
e. Perayaan liburan yang memperkuat nilai-nilai dan cita-cita yang terkait dengannya.
f. Analisis yang bijaksana mengenai makna pernyataan seperti pembukaan konstitusi negara.
g. Membangun kesadaran untuk situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat ini yang berkomitmen.
h. Studi-studi lintas-budaya untuk menggambarkan perbedaan nilai dari satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.
4. Mengembangkan Kemampuan Berpikir
Salah satu tujuan utama pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan sikap dan keterampilan anak-anak yang memungkinkan mereka untuk mampu memecahkan masalah secara mandiri. Untuk itu, anak-anak perlu mengembangkan sikap skeptis yang sehat tentang berbagai hal dan kejadian di dunia. Pemecah masalah yang baik memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang mereka lihat dan terjadi di sekitarnya. Mereka mengembangkan sikap mempertanyakan. Hal ini mungkin bisa dikategorikan sebagai unsur penyelidikan yang membuat para orangtua memiliki syarat tertentu ketika hal itu digunakan oleh anak-anak. Orang tua akan lebih memilih anak-anak mereka untuk menerima keyakinan tertentu dan ide-ide sebagai dasar kebenaran yang tidak dipertanyakan.
Konsep religi adalah sebuah contoh. Karena konflik ini, penting bagi guru untuk tahu bahwa penyelidikan berdasarkan prosedur pemecahan masalah ilmiah adalah hanya salah satu dari beberapa cara untuk mengetahui hal-hal yang benar. Akan tetapi, kadang-kadang yang diajarkan di sekolah seolah-olah ini adalah satu-satunya cara mengetahui, dan sebagai konsekuensinya, kita mengasingkan mereka yang tidak berbagi dengan pandangan ini.
Mengajar Kemampuan Berpikir melalui Penyelidikan Dalam laporan tujuan pendidikan dan tujuan, adalah sangat umum untuk menemukan pengembangan kemampuan berpikir yang diberikan prioritas tinggi. Demikian pula, sangat jarang untuk menemukan seorang guru yang tidak mengklaim untuk mengajar anak-anak untuk berpikir. Masalahnya, tentu saja, adalah bahwa sering kali ada perbedaan besar antara niat dan kinerja, sehingga sebagian dari kegagalan untuk memahami bagaimana keterampilan berpikir diajarkan dan dipelajari.
Untuk menegur seseorang untuk berpikir tidak berharga, kecuali sebagai cara untuk mengatakan kepada individu untuk memperhatikan dan berkonsentrasi pada tugas di tangan. Prosedur yang tepat untuk mengajar mereka lebih keterampilan berpikir yang berkaitan dengan pemecahan masalah adalah mereka yang kita sebut berorientasi penyelidikan atau investigasi. Proses berpikir terdiri dari serangkaian sub keterampilan, dan seperti keahlian lain, mereka harus dilakukan jika mereka harus diterapkan dengan tingkat kemahiran. Sub keterampilan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah dan pertanyaan untuk studi.
2. Membuat kesimpulan dan menarik kesimpulan dari data.
3. Membuat perbandingan.
4. Mengembangkan hipotesis.
5. Menggunakan bukti untuk menguji hipotesis.
6. Perencanaan bagaimana belajar pertanyaan atau masalah.
7. Mendapatkan data dari berbagai sumber.
8. Memprediksi hasil yang mungkin.
9. Memutuskan apa bukti yang diperlukan dalam mempelajari masalah.
10. Memutuskan apa bukti yang relevan dengan penelitian ini.
Keterampilan ini harus dimasukkan dalam pekerjaan yang sedang berlangsung kelas jika peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam penggunaan. Sesekali pelajaran khusus pada pertanyaan itu sendiri tidak memadai untuk membangun kompetensi. Tentu saja, tidak semua sub keterampilan ini akan muncul dalam pelajaran IPS setiap hari. Selama jangka waktu beberapa minggu,
Namun, kita harus melihat perhatian yang seimbang dan sistematis yang diberikan kepada mereka. Tidak semua cara mengajar IPS perlu, atau bahkan harus berorientasipada penyelidikan. Modus mengajar yang dipilih harus konsisten dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi kepada anak-anak atau untuk mengajarkan keterampilan, cara mengajar eksposisi dan demonstrasi sering lebih efektif dan efisien daripada penyelidikan. Akan tetapi, jika tujuannya adalah untuk melatih kemampuan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah, strategi penyelidikan harus digunakan.
BAB III
PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS
1. Tipe-Tipe Rencana Pembelajaran
Beberapa pedoman yang bisa digunakan guru ketika menyusun rencana pembelajaran biasanya sudah tersedia di masing-masing sekolah. Pedoman-pedoman tersebut berupa panduan kurikulum, daftar topik yang disarankan, kerangka kurikulum, buku teks, atau beberapa petunjuk yang membimbing guru dalam memilih topik atau unit yang harus dimasukkan dalam kurikulum. Guru dapat memilih beberapa topik yang diperlukan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, seorang guru harus terbiasa dengan kebijakan masing-masing daerah untuk menyiapkan ketepatan rencana pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang menyeluruh belum tentu menjadi jaminan kesuksesan dalam mengajar. Akan tetapi, hal ini memberikan kesempatan, kepercayaan dan kemungkinan kepada guru dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran.
Guru yang berpengalaman bisa memilih dan menggunakan tiga jenis rencana pembelajaran IPS sebagai berikut:
(1) rencana unit,
(2) rencana jangka pendek yang difokuskan pada topik tunggal, ide utama, atau keterampilan, dan
(3) rencana harian. Rencana jangka panjang, biasanya disebut sebagai unit kerja, mencakup periode enam sampai sepuluh minggu, selama beberapa waktu di mana kelas mempelajari beberapa topik yang luas secara berkesinambungan.
Rencana unit bisa dipandang sebagai cara mengatur bahan dan kegiatan, bisa juga disebut sebagai studi yang diperpanjang, atau studi mendalam. Hal ini juga mungkin untuk merencanakan unit besar yang bekerja sebagai serangkaian urutan unit kecil terkait tipe yang sedang dijelaskan. Bila ini dilakukan, namun guru ingin memberikan beberapa kegiatan yang sedang berlangsung dalam rangka memberikan kontinuitas terhadap studi yang lebih besar. Jenis ketiga adalah rencana pengajaran yang benar-benar digunakan guru dalam pembelajaran. Ini adalah apa yang biasanya disebut, rencana pelajaranharian, dan benar-benar „peta‟ yang digunakan guru untuk mengajar. Rencana tersebut harus memperpanjang dan melanjutkan instruksi dari satu sesi kelas ke sesi berikutnya. Tentu, rencana pengajaran khusus ini dikembangkan dalam konteks unit studi yang diperpanjang. Akan tetapi, rencana pembelajaran yang terpisah dan tidak mengikat beberapa kerangka kerja yang lebih besar tidak dianjurkan pada guru karena fragmentasi yang dihasilkan dari topik yang dipelajari. Rencana harus memindahkan proses belajar secara berurutan dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
a. Perencanaan Berbasis Buku Pelajaran
b. Perencanaan yang Berorientasi Topik atau Subyek
c. Perencanaan Informal yang Berpusat pada Siswa
2. Merencanakan Satuan Pelajaran
Satu hal penting yang bisa disimpulkan dari pembahasan sebelumnya, bahwa satuan pelajaran yang direncanakan dan diajarkan sangat bervariasi antara guru yang satu dengan guru yang lain. Untuk satu unit mungkin tidak lebih dari satu bab atau bagian buku yang berkaitan dengan topik tunggal. Bagi seorang guru, suatu unit bisa berupa sebuah studi komprehensif yang mencakup mata pelajaran, keterampilan, dan kegiatan dari semua kurikulum sekolah, sedangkan guru lain menyesuaikan rencana unit ini dengan topik yang sedang berkembang.
Guru yang sama mungkin menangani topik yang sama dengan cara yang berbeda. Berikut adalah deskripsi komponen penting dari rencana unit secara keseluruhan. Pembaca harus memahami bahwa terkadang penilaian individu dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru dalam IPS tidak sesuai dengan perencanaan dan pengajarannya.
a. Melakukan Survey Ketersediaan Sumber Belajar
b. Menetapkan Tujuan
c. Memilih dan Mengorganisasikan Materi Pokok
d. Mengawali Pembelajaran
e. Mengembangkan Pembelajaran: Permasalahan, Pengalaman, atau Kegiatan
Pembelajaran dengan melakukan suatu pekerjaan atau tahapan pemecahan masalah di kelas tinggi dan kelas rendah ditangani dengan cara yang berbeda. Walaupun anak-anak dari segala usia perlu banyak pengalaman langsung untuk memperluas pemahaman tentang konsep IPS, anak yang lebih tua memiliki keakraban yang lebih besar dengan berbagai hal. Oleh karena itu, mereka mempunyai pengalaman yang jauh lebih besar daripada siswa kelas rendah. Selain itu, anak yang lebih tua dapat menggunakan buku sebagai alat untuk belajar IPS, sedangkan anak muda kurang mampu melakukannya. Susunan fisiologis dan psikologis siswa kelas tinggi diperlukan untuk melakukan kegiatan belajar yang melibatkan anak secara aktif berdasarkan pengalaman langsung.
Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatan belajar untuk semua
tingkatan kelas:
1) Berbagi
Kelas Pak Sadikan sedang belajar mengenai masyarakat pantai. Dengan menggunakan bak pasir dan berbagai macam benda yang telah dikumpulkan dan dibawa dari rumah, mereka membuat model yang
mendeskripsikan sebuah pantai. Anak laki-laki dan perempuan berbicara tentang barang yang mereka bawa dan dari mana barang-barang tersebut berasal. Mereka mendiskusikan apakah barang-barang tersebut berasal dari alam atau buatan manusia.
2) Konstruksi
Kelas Bu Tatik mempelajari cara memasak yang dilakukan oleh orang-orang pada jaman dahulu. Peralatan dan bahan memasak yang digunakan, seperti tongkat, batu, dan tanaman merambat, didapatlan dari hutan. Setiap anak menunjukkan cara menggunakannya.
3) Percobaan
Ketika mempelajari tentang pertanian di kelasnya, Bu Siti menyediakan jagung dan kacang-kacangan. Anak-anak membandingkan bentuk dan jenis biji-bijian tersebut. Selanjutnya, beberapa biji-bijian tersebut ditanam, kemudian dibandingkan antara waktu dan munculnya tunas pertama.
4) Mendengarkan
Di kelas Pak Purwo, fokus dari studi adalah pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Dalam memotivasi anak-anak, Pak Purwo membaca sebuah legenda tentang Roro Jonggrang dan meminta mereka untuk
memutuskan adakah keterkaitan antara pengaruh kebudayaan tersebut dengan kehidupan mereka, menggunakan legenda sebagai petunjuk untuk sistem nilai mereka.
5) Diskusi
Kelas Bu Tugiyem sedang mempelajari tentang kejadian terkini. Seorang anak membawa sebuah artikel dari koran sore menceritakan tentang penjualan beras dari Indonesia ke negara lain. Selanjutnya, para siswa berdiskusi untuk menimbang keuntungan dan kerugian dari tindakan ini bagi rakyat Indonesia.
6) Menuliskan Pengalaman
Kelas Bu Qori menulis surat kepada kakek-nenek mereka meminta mereka untuk berbagi kenangan saat masih sekolah. Kakek-nenek yang tinggal berdekatan diminta untuk mengunjungi kelas Bu Qori.
7) Drama Kegiatan
Selama studi mereka di Indonesia, setiap anak di kelas Bu Dewi membuat wayang kulit. Dalam kelompok kecil mereka mendramatisir situasi dari kehidupan Indonesia.
8) Seni Pengalaman
Dalam kelas pertama anak-anak melakukan perjalanan ke sebuah perkebunan. Setelah kembali ke kelas, anak-anak mengecat mural yang menunjukkan hewan, peralatan, orang, dan bangunan mereka telah diamati.
9) Karyawisata
Sehari dihabiskan di wajar selama studi negara. Anak-anak melihat apa produk yang ditampilkan dan apa yang mereka wilayah negara telah memberikan kontribusi.
10) Pengolahan
Selama studi sejarah kolonial kelas dibagi menjadi kelompok untuk membuat sabun, lilin, roti panggang, mentega, membuat pewarna, dan menenun.
Beberapa kegiatan unit seperti contoh-contoh di atas akan melibatkan seluruh kelompok, sedangkan yang lain melibatkan individu atau kelompok kecil. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, guru harus memastikan bahwa setiap anak tahu apa yang diharapkan. Ruang kelas yang beroperasi dengan cara ini adalah tempat di mana anak-anak melakukan hal-hal, akibatnya, mereka akan bergerak, bertanya, dan berkomunikasi dengan satu sama lain, dan suasana yang umumnya informal namun tugas-berorientasi akan menang.
f. Evaluasi Belajar
g.Menyimpulkan dan Menutup Pembelajaran
3. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sejauh ini diskusi kita berkutat di seputar perencanaan sebuah unit, sebidang pekerjaan yang mungkin membutuhkan beberapa minggu untuk menyelesaikannya. Dalam rangka melaksanakan rencana tersebut, guru harus menggali ide-ide rencana unit yang dapat dikonversi menjadi sekuens instruksional lebih pendek yang mungkin membutuhkan waktu satu minggu atau lebih. Kadang-kadang ini disebut rencana pelajaran harian, meskipun ada beberapa orang yang keberatan dengan istilah itu karena menunjukkan dan bisa mengakibatkan fragmentasi, kekakuan, dan prosedur pengajaran model lama.
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial harus kontinu dari satu hari ke hari berikutnya. Anak-anak mengambil sesuatu yang mereka tinggalkan dalam pelajaran sehari sebelumnya. Rencana pelajaran harus konsisten dengan keberlanjutan yang terus menerus dalam belajar. Contoh rencana jangka pendek adalah mengajar peta perjalanan yang dimiliki guru dan menggunakannya pada saat mengajardilakukan. Karena guru bergantung pada rencana-rencana untuk melaksanakan instruksi tersebut, mereka harus lengkap dalam setiap detail, tepat, berurutan, mengantisipasi berbagai kemungkinan, dengan sesedikit mungkin meninggalkan kebetulan. Seperti ketika guru mempersiapkan rencana tersebut, akan sangat membantu untuk melatih mental bagaimana pelajaran diharapkan untuk dimulai dengan langkah demi langkah. Ini akan membantu mengurangi kemungkinan menghadapi kejutan saat pelajaran sedang berlangsung.
Ada empat komponen penting dari rencana jenis ini, yaitu
(1) tujuan yang mengidentifikasi hal-hal yang akan dipelajari anak-anak,
(2) pengembangan pelajaran untuk memasuk
(a) kesiapan atau kepentingan-bangunan prosedur yang menunjukkan bagaimana urutan adalah mulai, dan
(b) pekerjaan-studikegiatan yang menunjukkan apa yang akan dilakukan anak untuk membantu
mereka belajar,
(3) ringkasan dan evaluasi yang menunjukkan bagaimana urutan kegiatan penutup, dan
(4) daftar bahan ajar dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengajarkan urutan.
4. Mereview Kecukupan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh seorang guru belum juga disiapkan dengan baik walaupun mungkin telah diberi lebih banyak waktu dan lebih banyak sumber daya. Perencanaan pembelajaran adalah proses yang terbuka, yang bisa dilakukan terus tanpa henti. Banyak guru dapat mengingat, seperti ketika mengajarkan kepada siswa, dalam waktu setengah malam menyiapkan setengah jam pelajaran yang akan diajarkan pada hari berikutnya. Meskipun upaya tersebut terpuji, tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Pada titik tertentu, guru harus memutuskan bahwa pelajaran sudah cukup baik direncanakan dan kemudian dapat beralih ke hal-hal lain.
BAB IV
MEMILIH DAN MEMANFAATKAN SUMBER BELAJAR
Menurut Jarolimek (1967: 80) bahan dan sumber belajar dalam IPS dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: (1) reading material (bahan bacaan) yang bisa berupa buku teks, ensiklopedi, referensi, komputer, majalah, pamflet, koran, kliping, folder perjalanan, kelas berkala, bahan cetak, dan (2) non-reading material (bukan bahan bacaan), yang bisa berupa gambar, film, filmstrips, rekaman, kunjungan lapangan, peta, bola dunia, dan berbagai jenis sumber belajar yang berasal dari masyarakat. Kedua kategori tersebut secara bersama-sama menyediakan sumber informasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS. Ketika memilih sumber belajar, yang perlu diperhatikan dan penting untuk dipikirkan guru adalah tujuan yang akan dicapai. Salah satu sumber belajar atau bahan yang dipilih seyogyanya efektif dan mampu membawa siswa ke arah tujuan tersebut.
Dengan kata lain, alat bantu pembelajaran, materi, dan sumber yang dipilih mampu membantu guru untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut ini beberapa alasan pentingnya guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran:
1. Tidak semua anak belajar dengan cara yang sama; media yang berbeda dapat membantu siswa dengan gaya belajar yang berbeda.
2. Rentang kemampuan membaca anak yang dipilih secara acak untuk membentuk kelompok kelas sekolah dasar yang besar, rata-rata tiga sampai lima tahun di kelas yang lebih rendah dan lima sampai sepuluh tahun di kelas-kelas menengah dan atas.
3. Setiap media memiliki kekuatan yang khas dan keterbatasan dalam menyampaikan pesan.
4. Dampak pesan yang disampaikan mungkin akan lebih kuat jika lebih dari satu sistem sensorik yang terlibat untuk menerima hal itu.
5. Bahan yang harus dipelajari sangat bervariasi, abstrak dan kompleks.
6. Penggunaan berbagai media dapat memotivasi dan meningkatkan kualitas ketertarikan siswa pada materi.
7. Model pembelajaran yang menekankan pada penyelidikan dan memerlukan pemecahan masalah yang luas untuk mengatur pencarian informasi tahap dan sumber.
8. Berbagai sumber yang bervariasi dapat memberikan wawasan yang berbeda pada subjek yang sama. Hasil ini mungkin akan berbeda jika guru hanya menggunakan satu sumber dalam proses pembelajaran.
Bahan instruksional perlu dievaluasi dengan hati-hati sebelum, selama, dan sesudah digunakan. Penggunaan bahan ini setiap kali mengajar pada semua materi dengan alasan karena bahan tersebut mudah didapatkan dan selalu tersedia adalah kebijakan yang kurang baik. Kualitas bahan atau sumber belajar harus menjadi pertimbangan utama dalam menentukan penggunaannya. Peta yang sudah kadaluarsa, film yang berkualitas buruk, gambar yang tidak akurat, atau perjalanan lapangan yang pandunya kurang menarik, misalnya, mungkin lebih baik tidak digunakan sama sekali.
Kualitas suatu sumber belajar, khususnya buku pelajaran, dapat diketahui dari keterampilan guru dalam menggunakannya. Semua bahan dan sumber belajar membutuhkan kemampuan guru untuk menyiapkan panggung belajar dan memilih tempat penggunaannya. Sebagai contoh, di satu sisi, sebuah buku pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS oleh seorang guru yang kurang mampu berimajinasi dapat menghancurkan proses pembelajaran tersebut. Sementara di sisi lain, buku yang sama digunakan oleh guru lain dapat menjadi salah satu sumber belajar paling berharga yang tersedia untuk kelas.
Dengan kata lain, bahan dan sumber belajar tidak bisa dengan mutlak dianggap bahwa ia lebih baik dari guru. Dikatakan demikian, karena seperti yang sudah dituliskan di awal, kualitasnya tergantung dan ditentukan oleh keterampilan guru dalam menggunakannya. Bukananggapan sebaliknya, bahwa medialah yang memproduksi program-program menarik untuk anak-anak. Berbeda halnya dengan para guru kesenian, ketika memerlukanbahan untuk mengajar secara kreatif, dengan mudah bahan itu tersedia. Akan tetapi, kita tidak bisa menganggap bahwa pasokan bahan ajar yang murah akan menjaminadanya inspirasi dan kreativitas dalam mengajar.
Dengan demikian, diperlukan interaksi antara guru yang berbakat dengan berbagai media yang sesuai sehingga mampu menghasilkan pembelajaran yang unggul dalam IPS.
1. Bahan Bacaan
a. Buku Pelajaran
b. Ensiklopedia
c. Referensi Tambahan
d. Bahan-bahan murah dan Gratis
2.Bukan Bahan Bacaan
a. Gambar, Foto, Ilustrasi
b. Film
c. FilemStrip
d. Slide
e.Overhead Proyektor
f. Media Audio(Auditory Aids)
g. Televisi
h. Kamar Lingkungan
i. Papan Buletin
3.Masyarakat Setempat
Daftar Pustaka
https://isnainiayh02.blogspot.com/2021/01/pendidikan-ips-sd-pgsd-unu-ntb.html
Komentar
Posting Komentar