Langsung ke konten utama

A & Q





 1.Pengertian Evaluasi Kurikulum

Ada beberapa pengertian evaluasi menurut bebrapa ahli. Wand dan Brown mendefinisikan evaluasi sebagai “…refer to the act or process to determining the value of something” kegiatan evaluasi mengacu pada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipetimbangkan (evaluand). Dan sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu. 

Dari kedua pengertian di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses. Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Sedangkan pengertian kurikulum adalah secara semantik dikelopokkan menjadi tiga yaitu, tradisional, modern dan masa kini. Adapun pengertian kurikulum tradisional adalah semua bidang studi yang diajarkan dalam lembaga pendidkan, pengertian kurikulum secara modern menyebutkan bahwa bidang studi hanya bagian kecil dari isi kurikulum, yang mana kurikulum itu menyangkup seluruh kegiatan peserta didik agar mendapatkan pengalaman aktual baik di kelas, sekolah dan di luar sekolah, yang mana hal tersebut di bawah pengaruh dan tanggung jawab sekolah. Sedangkan pengertian kurikulum masa kini ialah sebuah sistem yang mencakup, tujuan, isi, evaluasi dan sebagainya yang saling terkait yang diusahakan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi di dalam maupun di luar sekolah.


2.Tujuan Evaluasi Kurikulum

Tujuan evaluasi kurikulum yaitu mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan, ditinjau dari berbagai aspek. Adapun indikator kinerja yang dievaluasi adalah evektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan program. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan acuan dan gambaran program kedepan.Sementara itu, menurut ibrahim diadakanya evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk keperluan berikut:

1. Perbaikan Program

Peranan evaluasi, yaitu lebih bersifat kontruktif, informasi hasil evaluasi dijadikan masukan perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan. Evaluasi kurikulum dipandang sebagai proses dan hasil yang relevan untuk dijadikan acuan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan.

2. Pertanggungjawaban Kepada Berbagai Pihak

Evaluasi kurikulum menjadi bentuk laporan yang harus dipertanggung jawaban dari pengembang kurikulum kepada pihak-pihak yang bersangkutan, diantaranya: Pemerintah, orang tua, pelaksana satuan pendidikan, masyarakat, dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut serta dalam pengembangan kurikulum yang bersangkutan.

3. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan

Tindak lanjut hasil pengembang kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan. Pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada?.



3.Fungsi Evaluasi Kurikulum

Di dalam pendidkan formal evaluasi begitu penting keberadaanya, dengan adanya evaluai guru menjadi tahu nilai arti kinerjanya selama melaksanakan proses belajar mengajar, sedangkan bgai pengembang kurikulum evaluasi dapat memberikan informasi untuk perencanaan perbaikan kurikulum yang akan ditetapkan dan dimasukkan ke dalam sistem. Selain hal tersebut, ada beberapa fungsi evaluasi kurikulum pendidikan: 

1. Sebagai umpan balik bagi peserta didik.

2. Sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian peserta didik mencapai tujuan yang telah dietapkan.

3. Memberi informasi dan acuan untuk pengembangan program kurikulum. 

4. Sebaga dasar peserta didik secara individual untuk memutuskan masa depan sehubungan dengan bidang pekerjaan dan pengembangan karir. 

5. Untuk pengembang kurikulum dalam khusus yang ingin dicapai

6. Sebagai umpan balik semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan di sekolah, seperti; orang tua, tenaga pendidik, pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga untuk masyarakat.

4.Pendekatan dalam Evaluasi Kurikulum

Pendekatan dalam evaluasi kurikulum yang menyediakan cara memusatan perhatian pada pertanyaan evaluasi, pendekatan yang digunakan mempengaruhi pemilihan kriteria dan sumber-sumber data mana yang akan digunakan. Cronbach menyebutkan ada dua pendekatan dasar evaluasi kurikulum, yaitu pendekatan scintistic ideal dan pendekatan humanistic ideal. 


5.prinsip sebagai berikut:

1. Evaluasi mengacu kepada tujuan

2. Evaluasi bersifat komprehensif atau menyeluruh

3. Evaluasi dilaksanakan secara obyektif.


6.Peranan Evaluasi Kurikulum

Peranan evaluasi dalam kurikulum setidaknya berkenaan dengan tiga hal, yaitu: 

1. Evaluasi sebagai moral judgement

Salah satu peranan evaluasi kurikulum adalah sebagi moral judgement yang akan digunakan untuk pengambilan dan tindakan selanjutnya. Dalam hal ini mengandung dua hal, yaitu:

a. Evaluasi berisi suatu skala nilai moral. 

b. Evaluasi berisi suatu perangkat criteria kritis.

2. Evaluasi sebagai penentuan keputusan

Evaluasi kurikulum memiliki peran sebagai penentu keputusan pendidikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti; guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain sebagainya. Dengan menggunakan prinsip, setiap individu di atas menentukan keputusannya sesuai dengan posisinya. Yang mana besar kecilnya peranan keputusan yang diambil seseorang sesuai lingkup tanggung jawabnya. Serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu saat. Adapun beberapa hasil evaluasi dijadikan acuan peserta didik untuk menentukan sejauh mana ia dapat mencapi tujuan yang telah diharapkan. 

Dengan kata lain, keputusan yang diambl peserta didk pasti berkenaan dengan kepentingan dirinya. Sebagaimana dengan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. 

3. Evaluasi sebagai konsensus nilai 

Evaluasi sebagai tradisi test mental serta eksperiman, yang mana konsesus ini berupa kerangka kerja yang penilannya dipusatkan pada tujuan-tujuankhusus, yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistic dari pre test dan post test dan lainnya. 


7.Bentuk Pelaksanaan Evaluasi

Dilihat dari pelaksanaan dan tujuannya, evaluasi kurikulum dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu:

1. Evaluasi formatif, yakni evaluasi yang dilaksanakan selama kurikulum itu digunakan dengan tujuan untuk menjadi dasar dalam perbaikan. Evaluasi formatif ini bisa dilakukan terhadap masing-masing mata pelajaran atau masing-masing program kurikulum keseluruhan.

2. Evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kurikulum, adapun evaluasi dilaksanakan di akhir pelaksanaan kurikulum, jika pada tingkatan SD dilaksanakan setelah selesai (6 tahun).


8.Model Evaluasi Kurikulum

Dilihat dari fenomena sejarah dengan segala situasi dan kondisnya, evaluasi kurikulum berkembang sebagaimana perkembangan dunia pendidikan yang memiliki banyak segi. Di bawah ini akan disebutkan beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya:

1. Evaluasi model penelitian

Model evaluasi kurikulum mengacu pada teori dan menggunakan metode tes psikologis dan eksperimen lapangan. 

a. Tes psikologis atau tes psikomotorik, yang pada umumnya memiliki dua bentuk tes yakni tes intelijensi dan tes hasil belajar 

b. Eksperimen lapangan, metode ini sudah sejak tahun 1930 yang biasanyadigunakan dalam penelitian botani pertanian. Meskipun demikian, penelitian model ini dapat digunakan dalam pendidikan. 

2. Evaluasi model objektif

Dalam penelitian obyektif, ada bebrapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

a. Adanya kesepakan tentang tujuan kurikulum.

b. Merumuskan tujuan tersebut dalam perbuatan peserta didik.

c. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.

d. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan. 


3. Evaluasi model campuran multivariasi

Setiap evaluasi kurikulum diukur dengan kriteria masing-masing kurikulum, Model ini menyatakan unsur – unsur dari kedua pendekatan tersebut, memungkinkan perbansingan lebih dari satu kurikulum.

Selain model yang disebutkan di atas, evaluasi kurikulum juga memiliki model lainnya, diantaranya:

1. Model Measurement

Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur dan menilai kemampuan peserta didik terhadap tujuan yang telah ditetapkan, yang mana hal tersebut untuk mengungkapkan perbedaan kemampuan indivual dan kelompok. Adapun hasil penilaian digunakan untuk tindak lanjud peserta didik, untuk keperluan bimbingan, seleksi, atau perbandingan efektivitas antar program serta metode pendidikan. Hasil belajar menjadi obyek evaluasi kurikulum yang dititik beratkan, terutama pada aspek kognitif dan sebagainya yang terkhusus dapat diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dibakukan. Dalam evaluasi data yang dikumpulkan adalah data objektif berupa skor dan hasil tes. Dalam ha ini, evaluasi menggunakan pendekatan sebagai berikut: 

a. Setiap siswa ditempatkan pada kedudukan kelompoknya, dengan melalui pengembangan norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar.

b. Melalui analisis kuantitatif, menggunakan metode pengajaran yang berbeda-beda dan membandingkan hasil belajar antar kelompok. 

c. Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang disusun dalam bentuk objektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang reliabel dan valid.

2. Model Congruence

Pemeriksaan kesesuaian congruence atau kesesuaian antara tujuan dan hasil belajar yang dicapai peserta didik, dan untuk melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Dalam penyempurnaan program pendidikan, hasl evaluasi sangat diperlukan, yakni untuk bimbingan program ke depan, dan pemberian informasi kepada pihak-pihak yang terkat dan berkepentingan. Adapun dalam hal ini, hasil evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar pada aspek kognitif psikomotorik, dan pengembangan nilai dan sikap. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan cara-caraantara lain:

a. Menggunakan prosedur pre-and post-assessment dengan menempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut: penegasan tujuan, pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.

b. Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.

c. Teknik evaluasi mencakup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang cocok untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.

d. Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih program.

3. Illumination

Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai: pelaksanaan program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan program, serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. 

Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan atau cara-cara berikut:

a. Menggunakan prosedur yang disebut progresiive focusing dengan langkah pokok: orientasi, dengan langkah-langkah pokok orientasi, pengamatan yang lebih terarah, analisis sebab akibat

b. Bersifat kualitatif terbuka, dan fleksibel-eklektif. 

c. Teknik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket, analisasi dokumen dan bila perlu mencakup pula tes

4. Educational System Evaluation

Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgment. 

Hasil evaluasi dimaksudkan untuk menyempurnakan program dan menyimpulkan program secara keseluruhan. Objek evaluasi mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih luas. Jenis data yang dikumpulkan meliputi baik data objektif maupun data subjektif (udgment antara lain data). 

Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan di antaranya:

a. Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteriainternal. 

b. Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria eksternal, yaitu performance program yang lain.

c. Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen.



9.Teknik-teknik Pelaksanaan Evaluasi

Pelakasanaan evaluasi kurikulum dapat menggunakan dua macam teknik, yaitu:

1. Teknik bukan tes

Bukan tes alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi, ada beberapa jenis teknik bukan tes seperti. 

a. Wawancara atau interview. Teknik wawancara ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun menggunakan media. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara. Tentu saja pedoman mengacu pada tujuan yang ditetapkan

b. Angket. Angket adalah wawancara yang dilakukan secara tertulis. Prinsip penggunaan dan penyusunan alat sama dengan wawancara

c. Pegamatan atau observasi. Dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kegiatan baik langsung maupun tidak langsung

2. Teknis tes

Tes merupakan teknik yang biasa digunakan untuk mengukur dan menilai kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi tertentu, yang mana hasil penilaian berbentuk angka (kuantitatif). Selanjutnya ditafsirkan tingkat penguasaan kompetensi siswa. Selain hal tersebut, Teknik tes biasanya digunakan untuk menilai hasil atau produk kurikulum, yang berupa hasil belajar siswa. Tes dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu tes lisan, tes tulis, dan tes perbuatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumber Otoritas Pelaksanaan Supervisi [PGSD_UNU_NTB]

Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Dan Pengawas Di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi guru yang bekerja setiap hari di sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali Kepala Sekolah. Guru merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua komponen yang terkait dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisi pendidikan. Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dan...

Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA

selampang,30 Agustus 2020 Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA  Struktur kurikulum TPA ini meliputi inti pembelajaran yang dilewati pada jenjang pendidikan untuk 3 tahun atau dalam enam semester. Pada masing masing jenjang ditempuh dengan waktu satu tahun yang mana dinamakan dengan level. Dengan waktu 3 tahun maka level yang ada adalah : -Level A -Level B -Dan level C  Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ didasarkan kepada standar kompetensi lulusan dengan ketentuaan seperti dibawah ini :  Kurikulum TPQ berisi materi pokok dan materi dengan muatan lokal.Untuk materi pokok yaitu Pembelajaran Alquran, ilmu tajwid, ayat pilihan, bacaan sholat, hafalan surah pendek, praktek ibadah, doa serta adab harian, tahsinul kitabah, dan Pengenalan dasar agama Islam. Untuk muatan lokal disesuaikan dengan kondisi masing masing.  Sedangkan untuk materi pokok pada setiap jenjang l...

Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan [PGSD_UNU_NTB]

Bab III. Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan Kapita Selekta Pendidikan A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari uraian materi pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan pengertian pendidikan dan budaya. 2. Mampu menjelaskan konsep budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 3. Mampu mejelaskan keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan. 4. Mampu mendeskripsikan fungsi dan nilai-nilai budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 5. Mampu mendeskripsikan implementasi budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 6. Mampu menjelaskan implikasi masalah beserta solusi terkait budaya nasional sebagai dasar pendidikan.  B. Pendahuluan    Hanya manusialah yang memiliki budaya, kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang tetapi juga dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa pendidikan tidak lain adalah proses pembudayaan. Artinya apabila pendidikan itu dilepaskan dari kebudayaan maka tujuan pe...