Langsung ke konten utama

Teori Belajar Konstruktivisme [PGSD UNU NTB]Isnaini AyH

 

Teori Belajar Konstruktivisme



Pengertian, keunggulan, dan kekurangan teori belajar konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme pasti sudah bukan hal yang asing lagi di telinga Guru Pintar. Piaget adalah psikolog pertama yang dikenal menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektualnya.

Siswa adalah objek utama dalam pembelajaran di sekolah. Kesuksesan siswa dalam belajar adalah tanggung jawab semua pihak seperti guru, lingkungan, orang tua, teman, dan sebagainya. Sebagai seorang guru, Guru Pintar memang tidak dapat mengontrol faktor yang berasal dari luar jangkauan, meskipun demikian Guru Pintar harus terus berupaya agar siswa dapat mempelajari dan memahami berbagai pengetahuan serta menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran yang bersifat membangun atau konstruktivisme adalah jawaban Ketika siswa sudah tidak bisa diberi pembelajaran satu arah. Pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dengan media dan bahan ajar yang ada dan aktif untuk menggali informasi di dalamnya. Nah, untuk mengetahui lebih jauh tentang teori belajar konstruktivisme ini, simak ulasannya berikut ini!

Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme

image article
Foto oleh Thirdman dari Pexels

Apa sih teori belajar konstruktivisme itu? Pengertian teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan kegiatan mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah dipelajari. Kegiatan membangun (konstruktif) dapat memacu siswa untuk selalu aktif, sehingga kecerdasannya akan turut meningkat.

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan teori belajar konstruktivisme. Hill memberikan pengertian bahwa teori belajar konstruktivisme adalah tindakan mencipta suatu makna dari apa yang sudah dipelajari seseorang. Shymansky mengatakan bahwa teori belajar konstruktivisme merupakan aktivitas yang aktif, ketika siswa melatih sendiri pengetahuannya, mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide baru dengan kerangka berpikir sendiri.

Ahli lainnya yang turut memberikan pengertian tentang teori belajar ini adalah Karli dan Margareta. Menurut mereka teori belajar konstruktivisme adalah sebuah proses belajar yang diawali dengan adanya konflik kognitif, sehingga akhirnya pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa lewat pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan Samsul Hadi berpendapat bahwa teori belajar konstruktivisme merupakan sebuah upaya membangun tata susunan hidup berbudaya modern.

Tujuan Teori Konstruktivisme

image article
Foto oleh Pavel Danilyuk dari Pexels

Dalam teori belajar konstruktivisme, Piaget menekankan bahwa kecerdasan berasal dari proses mengorganisasikan (organizing) dan mengadaptasi (adaption). Pengorganisasian diartikan sebagai  kecenderungan setiap anak untuk mengintegrasikan proses menjadi sebuah sistem yang saling berhubungan (Simatwa, 2010). Sedangkan Bodner(1986) mengartikan adaptasi (adaption) sebagai  kecenderungan bawaan dari seorang anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Dan interaksi-interaksi tersebut akan menumbuhkan perkembangan dari organisasi mental yang kompleks secara progresif.

Menurut Baharuddin (2008), proses adaptasi merupakan proses yang berisi dua kegiatan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang membuat seseorang mampu mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Proses asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus menerus sehingga setiap orang selalu mengembangkan proses ini (Suparno, 2012).

Dalam kenyataannya terkadang terjadi Ketika seseorang menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, orang tersebut tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia miliki. Pengalaman yang baru itu bisa jadi tidak cocok sama sekali dengan skema yang telah ada. Berkaitan dengan hal ini Baharuddin (2008) mendefinisikan akomodasi sebagai suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru. Proses ini dapat menghasilkan terbentuknya skema baru dan berubahnya skema lama.

Dari uraian di atas tujuan dari penerapan teori ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membantu siswa dalam memahami isi dari materi pembelajaran.

2. Untuk mengasah kemampuan siswa untuk selalu bertanya dan mencari solusi atas pertanyaannya.

3. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep secara komprehensif.

4. Untuk mendorong siswa untuk menjadi pemikir aktif.

Keunggulan Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Jasumayanti (2013:3) teori belajar konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme

1. Melatih siswa supaya menjadi pribadi yang mandiri dan mampu memecahkan masalah.

2. Menciptakan kreativitas dalam belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif.

3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan terlibat langsung dalam melakukan kegiatan.

4. Menciptakan  pembelajaran yang lebih bermakna dan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa karena memiliki kebanggaan dapat menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari dan siswa juga merasa bangga dengan hasil temuannya.

5. Melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.

Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme

1. Sulitnya mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur menggunakan pendekatan tradisional selama bertahun-tahun.

2. Dalam penerapan teori belajar konstruktivisme, Guru harus memiliki kreativitas dalam merencakan pelajaran dan memilih atau menggunakan media. Guru yang malas dan tidak mau berkembang akan sulit menerapkan teori belajar Konstruktivisme.

3. Siswa dan orang tua memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang baru.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar konstruktivisme

1. Guru Pintar harus mampu membentuk pemikiran siswa bahwa bekerja secara mandiri akan menghasilkan kegiatan belajar yang lebih bermakna.

2. Mengembangkan kegiatan inkuiri di semua topik pembelajaran.

3. Memunculkan rasa keingintahuan siswa terhadap suatu permasalahan melalui bertanya.

4. Membentuk masyarakat belajar atau belajar dengan kelompok-kelompok tertentu.

Bagaimana Guru Pintar, sudah siapkah menerapkan pembelajaran konstruktivisme di kelas?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumber Otoritas Pelaksanaan Supervisi [PGSD_UNU_NTB]

Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Dan Pengawas Di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi guru yang bekerja setiap hari di sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali Kepala Sekolah. Guru merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua komponen yang terkait dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisi pendidikan. Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dan...

Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA

selampang,30 Agustus 2020 Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA  Struktur kurikulum TPA ini meliputi inti pembelajaran yang dilewati pada jenjang pendidikan untuk 3 tahun atau dalam enam semester. Pada masing masing jenjang ditempuh dengan waktu satu tahun yang mana dinamakan dengan level. Dengan waktu 3 tahun maka level yang ada adalah : -Level A -Level B -Dan level C  Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ didasarkan kepada standar kompetensi lulusan dengan ketentuaan seperti dibawah ini :  Kurikulum TPQ berisi materi pokok dan materi dengan muatan lokal.Untuk materi pokok yaitu Pembelajaran Alquran, ilmu tajwid, ayat pilihan, bacaan sholat, hafalan surah pendek, praktek ibadah, doa serta adab harian, tahsinul kitabah, dan Pengenalan dasar agama Islam. Untuk muatan lokal disesuaikan dengan kondisi masing masing.  Sedangkan untuk materi pokok pada setiap jenjang l...

Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan [PGSD_UNU_NTB]

Bab III. Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan Kapita Selekta Pendidikan A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari uraian materi pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan pengertian pendidikan dan budaya. 2. Mampu menjelaskan konsep budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 3. Mampu mejelaskan keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan. 4. Mampu mendeskripsikan fungsi dan nilai-nilai budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 5. Mampu mendeskripsikan implementasi budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 6. Mampu menjelaskan implikasi masalah beserta solusi terkait budaya nasional sebagai dasar pendidikan.  B. Pendahuluan    Hanya manusialah yang memiliki budaya, kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang tetapi juga dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa pendidikan tidak lain adalah proses pembudayaan. Artinya apabila pendidikan itu dilepaskan dari kebudayaan maka tujuan pe...