Langsung ke konten utama

Teori Belajar Kognitif [PGSD UNU NTB] Isnaini AyH


Teori Belajar Kognitif dan Tokoh Yang Mengembangkanya

teori belajar kognitif

 



Teori Belajar Kognitif  – Dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran harus sangat diperhatikan karena akan memengaruhi kualitas dari siswa ketika sudah lulus nanti. Selain itu, kualitas guru juga menjadi dilihat atau menjadi sorotan, apakah sudah menerapkan pembelajaran dengan baik dan benar. Memang benar pada kenyataannya penerapan belajar sangat tidak mudah apalagi setiap karakter murid juga berbeda-beda, sehingga seorang guru harus pandai untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai.


Tidak hanya itu, seorang guru juga harus membuat suasana kegiatan pembelajaran menjadi nyaman dan menarik bagi para siswanya. Hal ini perlu dilakukan agar para siswa tidak merasa bosan dan senang ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam membangun kegiatan belajar yang menarik dan nyaman, seorang guru harus bisa melihat karakteristik dari para siswa atau peserta didik. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik dari para siswa, maka seorang guru bisa menentukan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai.


Dengan metode pembelajaran yang tepat akan menghasilkan kegiatan belajar yang nyaman dan menarik. Apabila hal ini sudah terjadi, maka para siswa akan mudah untuk memahami suatu materi pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru, sehingga kemampuan seorang murid akan bertambah. Seorang guru pasti akan merasa senang dan bangga ketika melihat peserta didiknya kemampuannya bertambah. Selain itu, seorang guru juga merasa senang karena sudah menemukan dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat.


Teori belajar yang ada saat ini memang sangat banyak, sehingga terkadang membuat sebagian guru merasa bingung harus memilih teori belajar yang bisa diterapkan dengan maksimal. Teori belajar bisa membantu seorang guru dalam menjalankan tugasnya terutama ketika melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, bagi seorang guru jangan terlalu lama dalam menentukan teori belajar yang dapat diterapkan, sehingga kegiatan pembelajaran yang menarik dan nyaman bisa segera diterapkan.


Salah satu dari teori belajar yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah teori kognitif. Teori belajar ini memiliki pengaruh terhadap kegiatan belajar yang akan dilaksanakan. Dengan teori belajar kognitif, maka seorang guru dapat melihat perubahan yang terjadi pada kognitif atau mental seseorang. Oleh sebab itu, tak sedikit para guru yang menggunakan teori belajar ini.


Teori belajar kognitif yang dikenal oleh banyak orang adalah teori belajar kognitif Piaget. Namun, ternyata ada beberapa teori belajar kognitif yang berasal selain dari Piaget. Dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut tentang teori belajar kognitif dari beberapa tokoh, selamat membaca.


Pengertian Teori Kognitif

Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang muncul setelah teori behavioristik. Hadirnya teori belajar kognitif untuk merespon teori belajar behavioristik yang hanya memerhatikan kondisi psikologi saja. Para penemu teori belajar behavioristik beranggapan bahwa kondisi mental yang ada di dalam peset didik tidak bisa diamati. Padahal pada kenyataannya, kondisi mental bisa dikatakan harus diamati saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.


Jika teori belajar behavioristik mengutamakan adanya stimulus dan respon, maka lain halnya dengan teori belajar kognitif yang tidak hanya memerhatikan stimulus dan respon, tetapi juga mengutamakan adanya perubahan mental dan perilaku, seperti cara peserta didik memahami suatu hal, cara peserta didik berpikir, dan cara peserta didik menggunakan pengetahuannya.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kognitif adalah berhubungan dengan atau melibatkan kognisi atau berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris

Istilah “kognitif” sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu “cognition” yang berarti pengertian mengerti. Dalam hal ini, “pengertian” yang dimaksud adalah penggunaan pengetahuan, penataan, dan perolehan. Pada awalnya istilah “kognitif” ini hanya ada pada bidang psikologi saja, tetapi zaman yang terus berkembang membuat istilah “kognitif” menjadi lebih dikenal dalam dunia pendidikan atau kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan buku psikologi kognitif, telah dipaparkan bagaimana cara sistem otak menerima, mengolah dan mengingat materi pembelajaran. Sehingga murid dapat menemukan sistem belajar yang tepat bagi mereka dan mampu menyerap materi dengan efektif.


Teori kognitif ini juga semakin diperkuat dengan adanya tokoh-tokoh dalam bidang psikologis yang mempercayai keberhasilan teori ini dalam dunia pendidikan.

Fungsi Kognitif

Teori kognitif ini erat hubungannya dengan fungsi kognitif sebagai hasil output dari proses pendekatan kognitif itu sendiri. Fungsi kognitif memiliki sejumlah dampak baik bagi murid yang akan bertahan dalam jangka waktu panjang.

1. Daya Ingat dan Memori

Membiasakan belajar secara kognitif sama hal nya dengan membiasakan diri berpikir kompleks dan kritis. Dengan begitu sistem saraf secara otomatis akan begitu fokus ketika menyerap informasi dan pengetahuan dalam proses yang cepat, kemudian menyimpannya dalam otak.


Dengan menerapkan teori belajar kognitif ini akan mewujudkan daya serap yang cepat dan memiliki memori jangka panjang. Bahkan dimulai sejak anak-anak di usia dini pun fungsi kognitif telah bekerja dan inilah yang akhirnya mempengaruhi tumbuh kembang anak.

2. Melejitkan Daya Ingat Anak

Teori Kognitif

Sejak usia dini anak-anak dapat disajikan kegiatan yang dapat merangsang daya ingat mereka dengan metode yang baik. Ini juga akan membantu anak mengasah konsentrasi mereka agar tetap fokus. Melalui pendekatan kognitif dapat membuat para orang tua mampu melihat potensi yang ada pada anak mereka.

3. Perhatian

Fungsi selanjutnya yakni perhatian, dimana murid dengan pembelajaran kognitif akan mampu menyeleksi rangsangan terhadap bau, suara, gambar dan lainnya yang berhubungan dengan indera dengan baik.


Dalam fungsi ini juga murid akan mampu memfokuskan perhatian terhadap rangsangan tersebut dan juga mengabaikannya dalam waktu seketika. Artinya mereka akan sensitif terhadap sekitar dan mampu menyeleksi mana yang perlu difokuskan sehingga dapat memusatkan perhatian pada objek yang penting.

4. Fungsi Eksekutif

Pada tahap lanjut belajar dengan pendekatan kognitif mampu mewujudkan fungsi eksekutif. Dimana murid akan mampu membuat perencanaan dan mengeksekusinya dengan baik.

Melalui pendekatan kognitif, otak yang sudah terbiasa menyerap banyak konsep dan berpikir kompleks serta kreatif akhirnya mampu mewujudkan pribadi yang solutif, mampu melihat peluang dan menyelesaikan permasalahan.

5. Kemampuan Bahasa

Pendekatan kognitif juga memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan berbahasa seseorang. Dalam prosesnya murid akan mampu berkomunikasi dengan baik dengan penyesuaian situasi yang baik juga.

Selain ini adanya perbedaan kemampuan bahasa setiap orang juga dipengaruhi oleh fungsi kognitif ini. Maka tidak heran apabila ada orang yang mampu menguasai banyak bahasa (polyglot) dengan adaptasi yang baik, serta ada pula yang kesulitan menguasai lebih dari satu atau dua bahasa.

6. Kemampuan Mengenali dan Merasakan

Kemampuan pengenalan benda-benda sekitar merupakan salah satu pengaruh dari fungsi kognitif yang sudah ada sejak tahap awal anak bertumbuh. Kemudian tingkat pengenalan inipun semakin meningkat hingga dapat membedakan hal-hal yang jauh lebih rumit.

Sebab, adanya pendekatan kognitif ini membuat seseorang mampu menyerap segala informasi dengan cepat kemudian melakukan pengamatan hingga akhirnya dapat membedakan benda.

Berdasarkan fungsi kognitifnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori kognitif memberikan pengaruh yang besar saat dilakukan pendekatan kognitif terhadap seseorang. Baik dalam hal belajar maupun pertumbuhan kembang seorang anak. Semuanya merupakan campur tangan konsep kognitif itu sendiri.

Level Kognitif

Level kognitif ini merupakan level yang digunakan dan menjadi acuan para tenaga pendidik dalam memberikan beban tugas atau soal pada murid. Beban tugas juga memiliki bobot yang berbeda pada setiap level kognitifnya.

Level 1, pada level pertama merupakan standar yang diberikan bagi murid yang masih berada pada tahap perkembangan yang rendah. Dalam level ini menuntut pengetahuan serta pemahaman saja. Seperti mengingat dan memahami.

Level 2, di level dua ini menuntut kemampuan yang jauh lebih tinggi. Murid diminta mampu memahami, mengingat dan menerapkan materi pembelajarannya.

Level 3, di level tertinggi murid diberikan beban tugas yang jauh lebih tinggi dengan adanya tuntutan untuk menganalisa suatu masalah, mengevaluasinya dan menciptakan sesuatu yang jauh lebih kreatif.

Tokoh-Tokoh Teori Kognitif

Beberapa tokoh yang berperan dalam perkembangan teori belajar kognitif sebagai berikut:

1. Jean Piaget





Jean Piaget bisa dibilang sebagai seseorang yang menemukan psikologi kognitif atau penemu dari teori belajar kognitif. Ia lahir pada tanggal 9 Agustus 1896, di Neuchatel, Swiss. Beliau sangat mengidolakan ayahnya yang merupakan seorang akademisi. Jean Piaget meninggal dunia pada tanggal 16 September 1980.


Jean Piaget beranggapan bahwa suatu perkembangan kognitif adalah sebuah proses yang terjadi secara genetik. Oleh sebab itu, proses genetik diyakini berdasarkan dari kondisi biologis seseorang. Dalam hal ini, kondisi biologis dapat dilihat melalui adanya perkembangan atau pertumbuhan yang terjadi pada sistem saraf. Misalnya, seseorang yang bertambah usia, maka susunan susunan sistem sarafnya semakin kompleks, bahkan akan kemampuan yang dimiliki akan semakin bertambah.


Jean Piaget mengatakan bahwa kemampuan berpikir dan kekuatan mental dari seorang anak yang berbeda usia, maka perkembangan intelektual secara kualitatif juga berbeda. Oleh sebab itu, Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif yang terjadi pada seseorang secara kuantitatif ke dalam empat tahap, di antaranya:


1. Tahap Sensorimotor (Umur 0-2 Tahun)

Tahap sensorimotor adalah tahap kognitif yang terjadi ketika seseorang berumur 0 sampai 2 tahun. Pada tahapan ini seorang anak akan diperhatikan perkembangannya melalui kegiatan motorik dan suatu persepsi yang masih sangat sederhana. Biasanya pada tahapan ini, seorang anak akan melihat suatu objek lebih lama, mencari rangsangan pada sinar lampu atau sumber suara, dan mulai menyadari bahwa dirinya merupakan makhluk yang berbeda dari objek-objek yang ada di dekatnya.


2. Tahap Pra-Operasional (Umur 2-7 Tahun)

Tahap pra-operasional adalah tahap kognitif yang terjadi saat seseorang berusia sekitar 2-7 tahun. Pada tahapan kognitif pra-operasional, biasanya dihubungkan dengan adanya penggunaan simbol atau penggunaan bahasa tanda. Selain itu, pada tahapan ini, konsep intuitif seorang anak mulai mengalami perkembangan atau pertumbuhan. Biasanya pengetahuan yang didapatkan berasal dari suatu hal yang bersifat abstrak.


Ketika seorang anak memasuki tahap pra-operasional biasanya sudah bisa mengenali ciri dari suatu objek, misalnya ada bola yang berwarna hijau, dapat mengumpulkan benda yang sesuai dengan ukurannya, dan sebagainya.





3. Tahap Operasional Konkrit (Umur 7-12 Tahun)

Tahap operasional konkrit atau tahapan kognitif ketiga menurut Jean Piaget merupakan tahapan kognitif yang muncul ketika seorang anak berusia 7 sampai 12 tahun. Pada tahapan ini, seorang anak atau peserta didik dianggap sudah bisa mempraktikkan aturan-aturan dengan jelas dan logis. Hal seperti ini biasanya ditandai dengan adanya kekekalan dan reversible pada peserta didik.


Tahap operasional konkrit bisa dikatakan sebagai suatu tahapan kognitif yang di mana seorang anak sudah bisa mengelompokkan, mengklasifikasikan suatu masalah. Alangkah baiknya, ketika seorang anak sudah memasuki tahapan ini diberikan contoh suatu hal yang jelas dan logis supaya dapat menelaah suatu permasalahan dengan baik.


4. Tahap Operasional Formal (Umur 11-18 Tahun)

Tahap operasional formal atau tahap kognitif yang terakhir Jean Piaget. Tahap operasional formal ini muncul ketika seorang anak atau peserta didik sudah berusia 11-18 tahun. Di tahapan kognitif ini, seorang anak sudah terlihat memiliki kemampuan untuk berpikir secara logis dan abstrak dengan menggunakan sebuah konsep berpikir “kemungkinan”.


Pada tahap ini bisa dikatakan muncul ketika seorang anak sedang memasuki usia pubertas. Pada umumnya, seorang anak yang sudah memasuki tahap kognitif operasional formal sudah bisa merasakan hal-hal, seperti cinta, suatu nilai (baik atau buruk), serta tidak melihat suatu hal dalam bentuk hitam dan putih.


2. David Ausubel




David Paul Ausubel lahir pada tanggal 25 Oktober 1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Ia merupakan seorang psikolog dan berkontribusi terhadap psikologi pendidikan, ilmu kognitif, dan berperan dalam pembelajaran pendidikan sains yang terjadi pada pengembangan dan penelitian tentang Advance Organizer. Beliau meninggal dunia pada tanggal 9 Juli 2008.


David Paul Ausubel atau lebih dikenal dengan nama David Ausubel pernah menempuh pendidikan di University of Pennsylvania, Amerika Serikat. Bahkan, ia lulus pada tahun 1939 dengan prestasi cumlaude dan memperoleh gelar sarjana psikologi. Ia juga melanjutkan ke sekolah kedokteran di Universitas Middlesex dan lulus pada tahun 1943.


Kecintaannya pada dunia psikologi membuat dirinya sempat menggeluti profesi psikiater pada tahun 1973 dan pada tahun 1976, ia diberikan sebuah penghargaan Thorndike atas “Kontribusi Psikologis Terhadap Dunia Pendidikan”. Penghargaan itu berasal dari American Psychological Association.


Teori belajar kognitif David Ausubel bisa dikatakan dipengaruhi oleh teori kognitif Jean Piaget. David Ausubel selalu mengaitkan konsep atau skema konseptual Jean Piaget terhadap cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, David Ausubel selalu meyakini bahwa penalaran deduktif bisa digunakan untuk mencapai suatu pemahaman konsep, ide atau gagasan, dan prinsip.


Konsep teori kognitif David Ausubel mengutamakan kegiatan pembelajaran yang bermakna. Ia membagi “belajar yang bermakna” ke dalam dua jenis, yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghapal (rote learning).


1.  Belajar Bermakna (Meaningful Learning)

Dalam hal ini, belajar yang bermakna dapat diartikan sebagai sebuah proses belajar yang di mana informasi baru selalu dikaitkan dengan suatu pemahaman yang sudah dimiliki oleh seseorang yang sedang belajar.


2. Belajar Menghapal (Rote Learning)

Belajar menghapal adalah suatu kegiatan yang di mana peserta didik berusaha untuk menerima dan memahami suatu materi pembelajaran yang telah diberikan oleh gurunya atau dari materi pembelajaran yang dibacanya, seperti buku.


David Ausubel beranggapan bahwa suatu kegiatan pembelajaran baru akan bermakna, jika guru dapat mengombinasikan konsep, prinsip, dan informasi verbal dengan baik. Dengan kata lain, proses belajar yang hanya dilakukan dengan menghapal saja tak akan mampu membuat kegiatan pembelajaran menjadi bermakna. Oleh sebab itu, supaya proses belajar bisa bermakna, maka seorang guru wajib untuk mampu mempresentasikan hal-hal apa yang perlu dipelajari oleh peserta didik. Sementara itu, peserta didik harus berusaha untuk memahami apa yang diberikan oleh guru.


3. Jerome Bruner



Tokoh berikutnya yang berperan dalam perkembangan teori belajar kognitif adalah Jerome Seymour Bruner atau lebih dikenal dengan nama Jerome Bruner. Ia lahir di New York City, Amerika Serikat pada tanggal 1 Oktober 1915. Jerome Bruner meninggal dunia pada tahun 2016. Ia lulus dari Universitas Harvard dan mendapatkan gelar Doktor. Setelah itu, Jerome melakukan penelitian terhadap persepsi dan pembelajaran.


Jerome Bruner mengatakan bahwa seorang guru harus bisa untuk memberikan kesempatan pada peserta didiknya agar bisa menjadi seorang yang bisa menyelesaikan suatu masalah, seorang yang cerdas, seorang yang menyukai sejarah, seorang yang pandai dalam bidang matematika, dan sebagainya. Dalam pandangan Jerome Bruner proses belajar sangat dipengaruhi dengan adanya pengaruh kebudayaan terhadap perilaku peserta didik.


Free discovery learning adalah teori belajar kognitif yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh Jerome Bruner. Ia menyatakan bahwa suatu proses belajar atau pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan kreatif apabila seorang guru dapat memberikan kesempatan pada peserta didik demi menemukan sebuah konsep, aturan, teori, dan pemahaman yang berkaitan dengan kehidupan.


Selain itu, Jerome Bruner juga membagi perkembangan kognitif menjadi 3 tahap atau model, yaitu:

1. Tahap Enaktif

Tahap enaktif adalah tahap kognitif yang di mana seseorang sudah bisa melakukan berbagai macam aktivitas agar bisa memahami suatu lingkungan yang ada didekatnya. Misalnya, peserta didik mampu untuk menendang bola, tetapi tidak mampu untuk menggumpalkan atau menggambarkan kegiatan itu lewat kata-kata.


2. Tahap Ikonik

Tahap ikonik adalah tahap kognitif ketika seseorang sudah mengerti berbagai jenis objek atau “dunianya” dengan melihat gambar-gambar atau visualisasi verbal. Dengan kata lain, pada tahap kognitif ini seseorang akan memahami suatu hal melalui suatu perumpamaan atau perbandingan. Misalnya, peserta didik sudah memiliki gambaran tentang mobil yang sedang berjalan, tetapi mereka belum bisa mengungkapkan dalam sebuah susunan kalimat.


3. Tahap Simbolik

Tahap simbolik adalah tahap kognitif ketika seseorang sudah memiliki kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan atau ide-ide yang sifatnya abstrak dan biasanya akan dipengaruhi dengan kemampuan yang dimilikinya, seperti kemampuan bahasa dan kemampuan logika.


Contoh Kognitif

Supaya seorang guru lebih mudah untuk menerapkan teori belajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran, maka di bawah ini akan diberikan contoh kegiatan pembelajaran dengan metode kognitif.


1. Bagi seorang guru, sebaiknya meminta kepada peserta didik untuk menggambarkan pengalaman yang telah mereka lewati, kemudian dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Misalnya, menceritakan pengalaman ketika liburan sekolah.


2. Memberikan bantuan kepada peserta didik ketika sedang menghadapi suatu masalah, dengan cara memberikan solusi-solusi dan menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.


3. Membantu peserta didik untuk memaksimalkan ide-ide atau gagasan-gagasannya agar dapat terwujud.


4. Mengajak para peserta didik untuk membiasakan diri melakukan diskusi. Seorang guru dapat melakukan hal ini dengan cara memberikan kepada peserta didik untuk menyampaikan materi pembelajaran, kemudian peserta didik lainnya memberikan pertanyaan.


5. Seorang guru dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik dengan cara membuat permainan atau menyampaikan materi pembelajaran menggunakan visualisasi gambar.


6. Selalu memotivasi peserta didik dan tidak terlalu memfokuskan kegiatan belajar pada hapalan saja. Hal ini perlu dilakukan agar menciptakan kegiatan belajar yang bermakna.


4. Teori Kognitif Menurut David Ausubel

Tokoh berpengaruh dalam dunia kognitif selanjutnya ialah David Ausubel (1918-2008). Dia menjadi salah satu pakarnya teori kognitif ini dan memiliki peranan yang cukup besar dalam perkembangannya.

Kiprahnya dalam sebagai ahli psikologi pendidikan ini mencetuskan sebuah konsep pemahaman baru, tentang konsep belajar bermakna. Berdasarkan konsep milik Ausubel ini, sebuah proses belajar yang baik akan tercipta apabila tenaga pendidik memberikan materi yang bermakna.


Bermakna disini maksudnya adalah cara penyampaian materi dilakukan dengan baik dan menarik, dengan definisi yang baik dan juga presentasi yang menarik. Dengan begitu murid yang mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna ini akan mengingat materi dengan baik juga.

Konsep pemikiran ini diklasifikasikan oleh Ausubel dalam dua dimensi seperti yang dipaparkan di bawah ini.

Dimensi pertama, merupakan proses belajar dimana pemahaman materi atau ilmu pengetahuan dihadirkan dengan cara penemuan.

Dimensi kedua, adalah suatu proses penyesuaian informasi dengan struktur kognitif yang sudah ada.

Menurut ketiga ahli psikologi diatas dapat disimpulkan bahwa teori ini menunjukan bahwa proses tidak akan pernah menghianati hasil, apabila dilakukan dengan sebaik mungkin. Otak akan semakin berkembangn dengan baik apabila terus diasah dengan kebiasaan atau proses yang baik juga.


Kesimpulan

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori belajar kognitif memiliki peranan penting dalam mengubah mental dari peserta didik. Maka dari itu, teori belajar kognitif lebih mengutamakan proses pembelajaran daripada hasil dari pembelajaran itu sendir. Seorang guru yang menerapkan teori belajar kognitif selalu percaya bahwa proses belajar bisa mengubah mental dan cara berpikir yang cukup kompleks. Sederhananya, teori belajar kognitif tidak harus dilihat dari perubahan tingkah laku peserta didik, tetapi lebih mementingkan yang dimiliki oleh peserta didikan dalam melihat atau menilai suatu hal.


Sumber: Dari berbagai macam sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumber Otoritas Pelaksanaan Supervisi [PGSD_UNU_NTB]

Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Dan Pengawas Di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi guru yang bekerja setiap hari di sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali Kepala Sekolah. Guru merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua komponen yang terkait dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisi pendidikan. Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dan...

Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA

selampang,30 Agustus 2020 Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA  Struktur kurikulum TPA ini meliputi inti pembelajaran yang dilewati pada jenjang pendidikan untuk 3 tahun atau dalam enam semester. Pada masing masing jenjang ditempuh dengan waktu satu tahun yang mana dinamakan dengan level. Dengan waktu 3 tahun maka level yang ada adalah : -Level A -Level B -Dan level C  Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ didasarkan kepada standar kompetensi lulusan dengan ketentuaan seperti dibawah ini :  Kurikulum TPQ berisi materi pokok dan materi dengan muatan lokal.Untuk materi pokok yaitu Pembelajaran Alquran, ilmu tajwid, ayat pilihan, bacaan sholat, hafalan surah pendek, praktek ibadah, doa serta adab harian, tahsinul kitabah, dan Pengenalan dasar agama Islam. Untuk muatan lokal disesuaikan dengan kondisi masing masing.  Sedangkan untuk materi pokok pada setiap jenjang l...

Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan [PGSD_UNU_NTB]

Bab III. Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan Kapita Selekta Pendidikan A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari uraian materi pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan pengertian pendidikan dan budaya. 2. Mampu menjelaskan konsep budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 3. Mampu mejelaskan keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan. 4. Mampu mendeskripsikan fungsi dan nilai-nilai budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 5. Mampu mendeskripsikan implementasi budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 6. Mampu menjelaskan implikasi masalah beserta solusi terkait budaya nasional sebagai dasar pendidikan.  B. Pendahuluan    Hanya manusialah yang memiliki budaya, kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang tetapi juga dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa pendidikan tidak lain adalah proses pembudayaan. Artinya apabila pendidikan itu dilepaskan dari kebudayaan maka tujuan pe...