BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata Maulid merupakan bentuk masdar dari kata walada yang berarti lahir,muncul dan anak. Dalam bahasa Arab bentuk masdar bisa menjadi verbal noun atau
kata benda sehingga berarti kelahiran, kemunculan sesuatu (Muthohar, 2002:16).
Maulid Nabi atau yang sering dikenal sebagai peringatan hari lahirnya Nabi
Muhammad SAW yang dilakukan oleh kaum muslim hampir diseluruh dunia. Secara
subtansial, peringatan ini berupa wujud ekspresi kegembiraan dan penghormatan
kepada Nabi Muhammad SAW. Seiring dengan perjalanan waktu peringatan Maulid
Nabi hampir menyamai peringatan hari-hari besar Islam lainnnya. Seperti hari Raya
Idul Fitri dan Idul Adha.
Dalam memperingati Maulid Nabi, biasanya kaum muslim melakukan perayaan
keagamaan dalam memaknai peringatan Maulid tersebut. Maulid Nabi tidak hanya
dirayakan pada beberapa Negara mayoritas muslim, tapi juga dirayakan di Negara-
Negara non-muslim. Biasanya perayaan di Negara-Negara non muslim tidak begitu meriah dan semarak dibandingkan dengan Negara muslim. Pada umumnya perayaan yang dilakukan hampir sama disemua tempat di belahan bumi ini, seperti pembacaan Shalawat Nabi, ceramah agama, dan pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW.
Tapi biasanya perayaan itu dikombinasikan dengan adat istiadat atau kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di daerahnya masing- masing. Sehingga model perayaan Maulid Nabi disetiap daerah kelihatan berbeda, tapi secara esensial sama saja.Dalam perkembangannya perayaan Maulid Nabi semakin beragam coraknya, sesuai dengan situasi dan kondisi serta budaya di Negara Islam itu sendiri. DiIndonesia, tanggal 12 Rabbi’al-Awwal ditetapkan sebagai hari besar nasional (Muthohar, 2002:83). Umat Islam di Indonesia yang paling semarak merayakan Maulid Nabi tersebut dibandingkan dengan Negara-Negara Islam lainya.
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.“ Isra’ ialah perjalanan malam hari dari Mekah ke Baitul Maqdis (Palestina) dan Mi’raj adalah naik ke langit, sampai ke langit ke tujuh dan bahkan sampai ke tempat yang lebih tinggi,yaitu Sidratil Muntaha dan Mustawa.
Perjalanan yang sangat jauh di tempuh dengan waktusingkat, tidak ada hambatan sedikit pun dalam perjalanan tersebut, kendaraan yang dijadikanbeliau sebagai tungangan, juga dalam kondisi baik dan Allah swt memang sudah mempersiapkankendaraan tersebut untuk Nabi Muhammad saw sebagai tungangan beliau menuju belum tentu sangat jauh berbeda dengan kendaraan pada umumnya. Isra’ Mi’raj yang terjadi pada beliau bukan semata-mata atas kemauan atau kehendaknya, melainkan atas perintah Allah swt untuk menerimaamanah-Nya, untuk disampaikan kepada umat Nabi Muhammad saw salah satunyamelaksanakanibadah shalat yaitu ibadah wajib bagi umat Islam.
Hal ini dilakukan oleh NabI Muhammad saw dengan ditemani oleh Malaikat Jibril, setahun sebelum beliau hijrah dari Mekah ke Madinah, yaitu malam senin 27 Rajjab, bersetuju dengan tahun 621 M. Isra dan Mi’raj ini dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, dengan tubuh dan ruh beliau, di waktu sadar, bukan dalam mimpi di waktu tidur atau ruh saja tanpa tubuh. Banyak berbagai macam pendapat atau penafsiran para ulama tentang peristiwa Isra’ Mi’raj yang terjadi pada diri Rasulullah saw dan tentunya berpegang pada dalil yang mereka jadikan argumentasi.
Pemahaman para mufasir dalam menjelaskan peristiwa Isra ’Mi’raj masih menjadi perdebatan sampai sekarang, ulama yang mengatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad saw dengan ruh dan jasad, diantaranya yang pertama: Abu Ja’far bin Jarir at-Thabari (meninggal 310 H.) dalam kitab tafsir Thabari yang masyhur, ketika menafsirkan ayat ini pada zuz ke 15 begini:Adalah pendapat yang menurut faham ia, bahwa Tuhan memperjalankan hamba-Nya
Nabi Muhammad saw, dari masjid Al-Haram ke masjid Al-Aqsha seperti yang dinyatakan olehayat ini. Juga nyata dalam banyak hadits bahwa Tuhan memperjalankan beliau dengan kendaraanBuraq, bahwa beliau sembahyang di situ dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul, lalu Tuhan memperlihatkan apa yang dapat di lihatnya malam itu.
Maka nyatalah tak berarti perkataan orangyang mengatakan bahwa beliau Isra’ dengan ruh saja, kerena kalau begitu tentulah dalam hikayat Isra’ dan Mi’raj tak satu pun yang akan diambil menjadi dalil atas kenabian beliau dan pula tak dapat dipakai untuk penegak kerasulan beliau, dan tidak akan ada orang yang ingkar kepada beliau dalam Isra’ tidak pula akan kafir orang yang tidak megakui Isra’ dan Mi’raj ini, karena menurut pendapat yang sehat dari manusia tidak akan ada orang yang membantah mimpi walaupun berjalan
dalam semalam pada perjalanan jarak jauh setahun jalan kaki, apalagi kalau hanya berjalan sebulanatau sehari. Tuhan tidak mengabarkan kepada kita, bahwa Dia membawa ruh hamba-Nya atau membawa jasad-Nya.
”Imam Thabari melanjutkan: “Menurut dilil yang shahih dari NabiMuhammadsaw bahwa beliau berjalan dengan kendaraan Buraq, kalau perjalanan hanya dilakukan dengan ruh atau dengan mimpi maka apa perlunya kendaraan Buraq itu karena hewan itu biasanya hanya membawabarang yang bertubuh, tak pernah dalam bahasa Arab terdengar ucapan: “ruh mengendarai kuda”.
Puasa Ramadhan adalah kewajiban sakral dan ibadah Islam yang bersifat syiar yang besar, juga salah satu rukun Islam praktis yang lima, yang menjadi pilar agama. Puasa merupakan ibadah agung yang hanya Allah SWT saja yang mengetahui seberapa besar pahalanya. Seorang yang berpuasa juga akan mendapatkan dua kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh selain mereka, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu dengan Rabbnya.
Aktifitas puasa adalah mengendalikan bagian-bagian dari dalam fisik
untuk melakukan pengendapan, sublimasi, diam, tunduk, memasuki „kosong‟,
agar berjumpa dengan „isi yang sejati‟. Usus bermeditasi, urat syaraf meraba
bagian dirinya yang terlambat, perut bersabar, keseluruhan organ tubuh juga
ruhani mengerjakan proses peragian. Orang yang berpuasa, sebagaimana orang yang mendirikan shalat, zakat, dan haji, pada hakikatnya sedang memperjuangkan keselamatan alam semesta dan kehidupan seluruh umat manusia.
Zakat memacu distribusi kesejahteraan sosial, shalat mengembalikan kewajaran metabolisme kosmologis, sedangkan puasa menarik kembali kondisi dan harkat hidup umat manusia dari segala hal yang palsu dan tidak penting menuju nilai dan situasi hidup yang sejati dan berada dalam rangkuman Sunah Allah. Kemudian ibadah haji adalah pesta ruhani untuk merayakan keselamatan dan kemenangan itu. Ada beribu-ribu fungsi, kandungan nilai, makna dan hikmat yang dimuat oleh ibadah di dalam Islam, juga puasa.
Kewajiban puasa telah dikukuhkan dalam Al-Qur‟an, Sunah, dan ijmak. Dalam Al-Qur‟an, Allah SWT. Berfirman:
Terjemahnya :“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah {2}: 183)
Ayat ini diturunkan pada bulan Sya‟ban tahun ke-2 H. Umat Islam pada tahun tersebut secara resmi diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan. Adapun yang diserukan dalam ayat ini adalah orang-orang mukmin, tidak manusia secara keseluruhan. Hal itu menunjukkan dua makna, pertama puasa hanya diwajibkan pada orang-orang mukmin saja, karena iman itulah yang menjadi dasar adanya perintah. Kedua, karena atas dasar imanlah puasa itu sah dalam arti mendapatkan pahala dari Allah.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ini mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
Apa Saja Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW
Bagaimana Sejarah Terjadinya Isra Mikraj?
Bagaimana Sejarah Puasa Ramadhan?
TUJUAN
Agar kita mengetahui apa saja sejarah Maulid nabi, Isra’ Mikraj dan Puasa ramadhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Asal Usul dan Sejarah Maulid Nabi
Sama halnya dengan agama lain, umat muslim pun memiliki kalender agama. Kalender tersebut menguraikan peristiwa-peristiwa khusus yang perlu dirayakan oleh para penganutnya. Salah satu di antara peristiwa yang digariskan dalam kalender Islam adalah Maulid Nabi. Namun, ada sebagian umat muslim yang tidak menyetujui perayaan tersebut. Mereka berargumen dari perspektif Al-Qur'an dan Sunnah bahwa itu adalah Bid'ah, sebuah inovasi dalam agama. Meski begitu, Anda mungkin ingin mempelajari lebih lanjut tentang perayaan dan signifikansinya dalam dunia kepercayaan Muslim. Kapan Nabi Muhammad lahir? Nabi Muhammad lahir sekitar tahun 570 M di Mekah, yang kemudian dikenal sebagai Arab Saudi. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana namun terhormat. Keluarga itu milik suku Quraisy, yang secara aktif terlibat dalam perdagangan dan politik.
Perayaan ini dimulai pada hari-hari awal Islam, abad ke-11. Maulid Nabi dimulai di Mesir dengan Syiah Fatimids, yang merupakan keturunan Ali (Imam keempat). Maulid ini menarik sejumlah besar umat muslim yang berkumpul untuk sholat di masjid al-Azar. Mereka juga membaca Al-Qur'an. Kemudian, mereka berinteraksi dengan orang-orang kurang mampu, penjaga masjid, dan pejabat agama lainnya untuk berbagi manisan yang disiapkan khusus.
Awalnya, hari itu digunakan untuk memperingati empat Maulid, yakni Muhammad, Ali, Fatimah, dan khalifah yang berkuasa. Pada 1207, Muzaffar al-Din Gökburi mengawasi persiapan dan perayaan di Erbil, beberapa kilometer jauhnya dari Irak.
Penyebaran Maulid Nabi Para misionaris sufi mulai menyebarkan Maulid Nabi ke belahan dunia lain seperti Afrika Timur. Antara 1254 dan 1517, para sultan Mamluk bergabung dengan mereka. Mereka membuat Maulid Nabi hidup dengan menghiasi jalan-jalan Kairo dengan kain petak dan lampu. Tidak seperti pada perayaan sebelumnya, mereka meningkatkan perayaan tersebut. Misalnya, mengundang penghibur dan memberikan hadiah kepada orang-orang berupa uang dan pakaian.
Berbeda dengan abad-abad sebelumnya, para sufi menghadapi beberapa tantangan terutama dari para sultan. Mereka menyingkirkan tenda mereka. Namun, hal itu tidak menghentikan mereka untuk merayakan dan mempopulerkan Maulid Nabi. Mereka menyampaikan undangan kepada semua raja yang memerintah Mesir dari tahun 1936 hingga 1952. Hari libur Maulid Nabi diterima universal Akhirnya, mereka berhasil membujuk lebih banyak umat Muslim untuk bergabung dengan mereka dalam merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad.
Tujuan Maulid Nabi
Saat ini, lebih dari 40 negara di seluruh dunia berkumpul di masjid-masjid dan tempat-tempat keagamaan lainnya untuk merayakan hari lahir Muhammad. Sekarang Maulid Nabi menjadi hari libur resmi di sebagian besar negara Muslim. Satu hal lagi, perayaan ini bisa berlangsung hingga 30 hari. Muslim menandai perayaan dengan makanan, doa, pengajian, dan bertukar hadiah.
Pertama, yaitu sebagai bentuk tasyakur kepada Allah SWT atas kelahiran Rasulullah SAW sebagai pembawa cahaya yang menyelamatkan manusia dari kegelapan. Kedua, untuk memuji perjuangan dan jasa Rasulullah.
“Karena alam ini tidak akan tercipta jika tidak ada syafaat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana tercantum dalam hadits qudsi, ‘لَوْلَاكَ لَمَا خَلَقْتُ الْأَفْلَاك (Jika engkau tidak ada, Aku tidak akan menciptakan alam semesta)”
Tujuan penting ketiga dari perayaan Maulid adalah mencari ilmu untuk mempertebal keimanan dan akidah terhadap ajaran tauhid dan memahami hukum-hukum dalam Islam. Terakhir, lil uswah, seperti yang telah jelas tertera dalam Alquran bahwa Nabi Muhammad adalah suri tauladan bagi manusia.
“لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ (Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu),” ujarnya, mengutip potongan surah Al-Ahzab ayat 21.
Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW
Berikut lima hikmah maulid nabi Muhammad SAW.
Bersholawat Untuk Rasulullah
Peringatan maulid nabi mendorong kita semua untuk senantiasa menghadirkan dan memperbanyak sholawat pada Baginda Rasulullah.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya,” firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 56.
Waktu Bergembira
Umat Islam juga mesti bergembira memperingati maulid nabi. Pasalnya, peringatan maulid nabi berarti merayakan kehadiran sosok yang menjadi suri teladan bagi umat Islam.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,” firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21.
Menumbuhkan Kecintaan Pada Rasulullah
Hikmah maulid nabi juga dapat menjadi momentum untuk meneguhkan kembali rasa cinta pada Nabi Muhammad SAW dengan mengikuti ajarannya. Mencintai Nabi Muhammad juga berarti mencintai Allah SWT.
Dalam surat Ali Imran ayat 31, dijelaskan bahwa syarat untuk mencintai Allah adalah dengan mengikuti Rasulullah SAW.
Meneladani Nabi Muhammad SAW
Peringatan maulid nabi bukan sekadar seremonial, tapi meneladani perilaku dan juga perbuatan Nabi Muhammad dalam semua aspek kehidupan dan aktualisasi diri.
“Bagi milenial dapat dicontoh dengan menjadi pemuda hebat. Lalu, bagi para suami dapat mencontoh kejujuran dan keadilan. Serta sosok ayah yang paling baik menyayangi keluarga dan tidak pernah marah. Juga menjadi pemimpin yang sangat adil dan menjadi guru yang bijak,”
Melanjutkan Perjuangan Nabi Muhammad SAW
Hikmah maulid nabi juga berarti melanjutkan perjuangan dan misi Nabi Muhammad SAW dengan mengikuti Alquran dan sunah. Mengamalkan Alquran dan sunah dapat menjadi panduan dan juga menyempurnakan keislaman.
Sejarah Terjadinya Isra Miraj
Jadikan peringatan maulid nabi sebagai momentum untuk memperbaiki akhlak dengan meniru perilaku Nabi Muhammad dan juga menambah keimanan kepada Allah SWT.Allahummasholli ‘alasayyidina muhammad Dasar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang Wajib Diketahui Umat Islam. Dasar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Unsplash/Muradi) [Sejarah] Sebuah Perjalanan Ketaqwaan, Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad: Sejarah, Latar Belakang, Peristiwa Isra Miraj adalah sebuah peristiwa ketika Allah memperjalankan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Kemudian dari Masjidil Aqsa Nabi Muhammad dinaikkan melintasi langit-langit, ke Sidrah al-Muntaha.
Kisah Isra dan Mikraj Nabi Muhammad saw. terjadi dalam satu malam. Isra dan Mikraj ini umum diperingati umat Islam setiap 27 Rajab yang tahun ini bertepatan dengan Kamis, 11 Maret 2021. Terdapat serangkaian peristiwa yang dialami Rasulullah sepanjang malam tersebut, termasuk menerima perintah salat 5 waktu.
Peristiwa Isra dan Mikraj yang dialami Nabi Muhammad saw. dilukiskan alam Surah al-Isra:1,
"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari masjidil haram ke masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
Pristiwa Terjadinya Isra’ Mikraj
Isra' yang bermakna perjalanan malam adalah peristiwa ketika Nabi Muhammad saw. berangkat dari Ka'bah di Makkah ke Baitul Maqdis di Yerusalam. Jarak Makkah ke Yerusalem sekitar 1.239 kilometer yang pada sekitar 621 Masehi normalnya ditempuh dengan perjalanan kuda atau unta sekitar sebulan. Namun, Nabi Muhammad saw. mencapainya hanya dalam semalam.
Sementara itu, mikraj, kenaikan, adalah peristiwa saat Nabi Muhammad dari Baitul Maqdis di Yerusalem ke Sidratul Muntaha, melewati 7 langit. Nabi akhirnya tiba di Sidratul-Muntaha, yang merupakan simbol puncak pengetahuan yang paling mungkin dicapai makhluk. Dalam Surah an-Najm:17, digambarkan, "Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya". Nabi Muhammad SAW. menerima perintah salat dari Allah untuk umat Islam. Awalnya, jumlahnya 50 kali sehari. Namun, setiap kali Rasulullah turun, Nabi Musa mengingatkan beliau bahwa jumlah tersebut terlalu besar. Nabi diminta meminta keringanan, hingga tersisa 5 rakaat sehari semalam, dan beliau malu untuk memohon lebih sedikit lagi.
Dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik (Lings, 2015:190), Rasulullah dilukiskan berkata, "Aku sudah berkali-kali menghadap Tuhanku, memohon hingga merasa malu".
Kisah perjalanan Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra Miraj
Peristiwa Isra Miraj adalah peristiwa perjalanan malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Perjalanan malam ini berlangsung pada 27 Rajab taun 621 M atau tahun ke-10 dari kenabian beliau.
"Isra Miraj terjadi pada tahun 621 M, atau tahun 10/11 dari kenabian (Bi'tsah). Jumhur ulama menyebutkan tanggalnya adalah malam Jumat tanggal 27 Rajab,"
tulis Muhammad Sholikhin dalam buku di Balik 7 Hari Besar Islam.
Peristiwa ini merupakan mukjizat besar yang hanya dapat diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Sebab, perjalanan malam ini sangat mustahil untuk dilakukan oleh manusia pada masa sekarang. Pakar astronomis Prof Thomas Djamaluddin menyebut dalam Pengajian Cangkrukan ITB 81, perjalanan Isra Miraj menjelaskan dua bentuk perjalanan yang dilakukan Rasulullah SAW.
Kata Isra menjelaskan perjalanan yang menembus ruang. Dalam artian, Rasulullah bisa menempuh jarak Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsa di Palestina dalam waktu singkat. Di sisi lain, perjalanan Miraj adalah perjalanan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha, tempat diterimanya perintah salat. Saat perjalanan Miraj ini, Rasulullah SAW didampingi oleh Malaikat Jibril untuk menghadap Allah SWT.
Bukti Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra Miraj diabadikan dalam sejumlah ayat Al Quran maupun hadits. Sebagaimana disinggung dalam surat Al Isra' ayat 1,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: "Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
Mengutip Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum karya Furqon Syarief Hidayatullah, dalam perjalanan Miraj inilah Rasulullah SAW pertama kalinya menerima wahyu salat dari Allah SWT.
Perjalanan tersebut harus dilalui Rasulullah dengan melewati langit yang terdiri dari tujuh lapis. Di tiap lapisan langit inilah, Malaikat Jibril memperkenalkan Rasulullah SAW pada para nabi yang mendiami tiap lapisannya.Mulanya, Rasulullah SAW menghadap Allah SWT dan menerima perintah salat 50 waktu. Rasulullah SAW kemudian turun kembali hingga singgah di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa AS. Pada momen tersebut, Nabi Musa menyarankan keringanan jumlah salat kepada Nabi Muhammad SAW karena dirasa memberatkan umat. Mendengar hal itu, Rasulullah SAW pun kembali memohon kepada Allah SWT untuk diberikan keringanan jumlah waktu salat dalam sehari semalam.
"Sungguh umatmu tak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali salat dalam sehari. Dan aku -demi Allah-, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelummu, aku telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu," (HR Bukhari Muslim).
Isra Miraj atau perjalanan Nabi Muhammad SAW menembus langit 7 tersebut terjadi pada suatu malam tanggal 27 Rajab. Di sisi lain, sebenarnya Isra dan Miraj merupakan dua peristiwa berbeda. Namun, karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan, disebutlah Isra Miraj. Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Jerusalem. Sementara, Miraj adalah perjalanan Nabi dari bumi menuju Sidratul Muntaha, langit ke tujuh yang merupakan tempat tertinggi.
Jadi, dua perjalanan yang dilakukan nabi Muhammad SAW tersebut hanya ditempuh dalam waktu satu semalam. Nah, untuk lebih jelasnya, berikut ini rangkuman tentang Isra Miraj atau kisah perjalanan Nabi Muhammad saat mendapat perintah salat dari Allah SWT, seperti disadur dari Merdeka, Selasa (9/3/2021).
Sejarah Puasa Ramadan
Sejarah puasa Ramadan tidak dapat dipisahkan dari peristiwa penting hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Hijrah tersebut dilakukan untuk menghindari gangguan kaum musrik Quraisy. Puasa Ramadan diwajibkan pada Nabi Muhammad SAW dan umatnya pada bulan Sua'ban tahun 2 Hijriyyah dengan cara dan model yang dilakukan umat Islam selama ini. Ibadah fisik atau ritual Islam yang diwajibkan antara lain yaitu salat, azan, dan iqamat. Ibadah itu dilakukan setelah menempuh peletakan dasar keimanan melalui hijrah ke Madinah. Menurut Imam al Qurthubi seperti yang dikutip dari buku Misteri Bulan Ramadan karya Yusuf Burhanudin, yang pertama kali berpuasa saat Ramadan adalah Nabi Nuh as. Nabi Nuh melakukannya saat turun dari perahunya setelah badai menimpa negeri umatnya.
Puasa saat zaman Nabi Nuh dilakukan sebagai tanda dan rasa syukur kepada Allah SWT atas keselamatan dirinya dan kaumnya dari badai dan banjir.Adapun sebelum ayat yang mewajibkan puasa turun, umat Islam biasa berpuasa wajib pada 10 Muharram atau yang dikenal dengan hari Asyura.
Sementara itu, ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah semasa peristiwa hijrah, Muhammad melihat orang-orang Yahudi juga biasa berpuasa setiap tanggal 10 Muharram. Muhammad lalu bertanya kepada salah satu dari mereka, apa sebabnya melakukan puasa. Orang-orang Yahudi menjawab berpuasa karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa as dan kaumnya dari serangan Firaun. Nabi Musa as lalu berpuasa pada hari 10 Muharram sebagai bentuk syukur kepada Allah. Nabi Muhammad SAW menjelaskan peristiwa tersebut kepada umatnya kemudian memerintahkan umat Islam agar berpuasa pada tanggal 10 Muharram.
Pada awalnya, umat Islam wajib berpuasa hingga waktu maghrib. Setelah berbuka mereka diperbolehkan makan, minum, dan bersetubuh hingga salat isya dan tidur. Mereka tidak diperbolehkan lagi makan, minum, atau bersetubuh hingga tiba saatnya waktu berbuka.Praktik itu benar-benar menyulitkan umat Islam sehingga banyak yang melanggar larangan tersebut.
Kemudian, Allah SWT menurunkan surah al-Baqarah ayat 187 yang mengganti praktik tersebut.
Surat Al-Baqarah Ayat 187 أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Arab-Latin: Uḥilla lakum lailataṣ-ṣiyāmir-rafaṡu ilā nisā`ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn, 'alimallāhu annakum kuntum takhtānụna anfusakum fa tāba 'alaikum wa 'afā 'angkum, fal-āna bāsyirụhunna wabtagụ mā kataballāhu lakum, wa kulụ wasyrabụ ḥattā yatabayyana lakumul-khaiṭul-abyaḍu minal-khaiṭil-aswadi minal-fajr, ṡumma atimmu.
Perintah puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun kedua Hijriah untuk pertama kalinya. Tepatnya pada hari Senin tanggal 10 Sya'ban pada satu setengah tahun setelah Rasulullah SAW dan umat Islam berhijrah dari Kota Mekah ke kota Madinah
.
"Puasa Ramadhan pertama disyariatkan pada hari Senin, bulan Sya'ban, tahun ke-2 Hijriah," bunyi tulisan Syekh Sulaiman Ahmad Yahya Al Faifi dalam buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq.
Tahun pertama puasa Ramadhan mulai disyariatkan pertama kalinya juga bertepatan setelah umat Islam diperintahkan memindahkan kiblatnya dari Masjid Al Aqsa ke Masjidil Haram. Sebagaimana diungkap dalam buku Tuntunan Puasa menurut Al Quran dan Sunah yang ditulis oleh Alik al Adhi Sejak 10 Sya'ban pada tahun ke-2 Hijriah itulah, Rasulullah SAW mulai menunaikan ibadah puasa Ramadhan sepanjang hidupnya. Dari awal perintah puasa Ramadhan turun hingga beliau wafat, setidaknya Rasulullah SAW telah melaksanakan sembilan kali puasa dalam sembilan tahun.
Sejak dahulu, sebelum datangnya islam, bangsa arab telah menggunakan tahun qomariyah. Hanya saja tidak semua masyarakat jahiliyah di seluruh penjuru jazirah arab sepakat dalam menentukan kalender tertentu. Sehingga penanggalan mereka berbeda-beda. Meskipun demikian, mereka mengenal kalender qamariyah, dan mereka gunakan konsep ini untuk membuat penanggalan bagi suku mereka masing-masing.
Lima Bulan Suci
Kalender qamariyah yang mereka kenal sejak zaman dahulu sama dengan kalender qamariyah yang berlaku saat ini. Dalam satu tahun ada dua belas bulan, dan awal bulan ditentukan berdasarkan terbitnya hilal (bulan sabit pertama). Mereka menetapkan bulan Muharram sebagai awal tahun. Mereka juga menetapkan empat bulan haram (bulan suci). Mereka menghormati bulan-bulan haram ini. Mereka jadikan empat bulan haram sebaga masa dilarangnya berperang antar-suku dan golongan. Kemudian, sebagian informasi menyebutkan, ada lima bulan
– Rabi’ul awal – akhir, Jumadil awal – akhir, dan Ramadhan – yang namanya ditetapkan berdasarkan keadaan musim yang terjadi di bulan tersebut.
– Rabi’ul awal dan akhir diambil dari kata rabi’ [arab: ربيع] yang artinya semi. Karena ketika penamaan bulan Rabi’ bertepatan dengan musim semi.
– Jumadil Ula dan Akhirah, diambil dari kata: jamad [arab: جماد], yang artinya beku. Karena pada saat penamaan bulan ini bertepatan dengan musim dingin, dimana air membeku.
– Sedangkan Ramadhan diambil dari kata Ramdha’ [arab: رمضاء], yang artinya sangat panas. Karena penamaan bulan ini bertepatan dengan musim panas.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Peringatan Maulid Nabi bagi suku Sangihe (Sangir) di Desa Padengo sudah berlangsung sejak lama, yang diwariskan oleh nenek moyang mereka secara turun-temurun. Hal ini dapat dimaknai bahwa perayaan Maulid bukanlah perkara wajib, namun sebagai ritual tahunan untuk mewariskan kebiasaan nenek moyangnya.
Peringatan Maulid Nabi bagi masyarakat Padengo dilangsungkan mulai pukul 08.00 pagi sampai selesai shalat Magrib, pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Hijriah. Dalam ritual ini, para jamaah melangsungkan barzanji sambil diiring musik rabana yang ditepuk oleh jamaah laki-laki, sementara yang perempuan melantunkan zikir barzanji bersama jamaah laki-laki yang menepuk rabana. Pelaksanaan atau pembacaan barzanji yaitu pembacaan dzikir Maulid Nabi sebagai ungkapan rasa cinta mereka kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah selesai peringatan Maulid Nabi (ba’da Magrib), biasanya para jamaah “rebutan” mengambil makanakan yang sudah dihindangkan. Prosesi rebutan tersebut dipercaya oleh masyarakat Padengo, bahwa makanan yang dihidangkan dalam ritual barzanji bisa membawa berkah bagi mereka yang mendapatkannya.
Peringatan Maulid Nabi oleh suku Sangihe, dijadikan sebagai momentum untuk merayakan hari kelahiran nabi sekaligus untuk meneladani sikap dan perilaku nabi
Nilai-nilai yang terkandung di balik peringatan Maulid Nabi adalah; nilai spiritual, dan nilai sosial. Nilai sosial itu sendiri terdiri atas; moral/menghormati orang lain, kegotongroyongan, mempererat hubungan kekeluargaan, kerukunan, pelestarian budaya, kepatuhan, rela berkorban, dan nilai persatuan.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran, diantaranya adalah sebagai berikut:
Peringatan Maulid Nabi memiliki kemampuan untuk menyampaikan esensi Islam dengan cara yang sederhana. Melalui media ini nilai-nilai Islam bisa ditanamkan. Namun, secara aplikatif, tetap butuh penerjamahan kembali dalam koteks yang lebih aktual dan bersifat kekinian, dengan bahasa, konsep yang relevan dengan tuntutan zaman. Hal ini tetap dilakukan dengan menjaga substansi Maulid.
Peringatan Maulid Nabi sebagai pusaka warisan budaya sangat berpotensi untuk dikaji lebih dalam, agar nilai-nilai, norma, dan etika di dalamnya bisa lebih terungkap. Untuk itu, diperlukan sebuah usaha maksimal kepada semua pihak untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan metode dan analisis yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta Tirto dan Nusa Daily
NU Online, Selasa (5/10).
Siradjuddin Abbas,40 masalah agama jakarta pustaka tarbiyah baru:2006.
Jakarta,Halimudin Pt. Rineka Cipta:1995.Pembahasan ilmu AL-QUR’QN
Komentar
Posting Komentar