Langsung ke konten utama

Pembelajaran IPS SD Berbasis Pembelajaran Tematik [PGSD UNU NTB]

 Pembelajaran ips sd


IsnainiAyH 

Selampang, Jembatan Gantung 



PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR BERBASIS PEMBELAJARAN TEMATIK    

Abstrak 

Pendekatan pembelajaran tematik dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,menggali, dan menemukan konsep serta prinsip ‐prinsip secara holistik dan otentik.   



Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu‐ilmu sosial seperti:sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.  Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang‐cabang ilmu‐ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). 

IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum    sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang‐cabangpermasalahan osial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan

psikologi sosial. Sejalan dengan konsep tersebut, pembelajaran tematik dalam IPS adalah model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub‐sub tema dari bidang studi lain yang terkait.


PENDAHULUAN

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,  konsep belajar dan pembelajaran bermakna, kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat    memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.  

Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub‐sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty, 1991 : 54). Depdiknas (2007a: 5) menyatakan bahwa pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. 

Pada pendekatan pembelajaran termatik, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran termatik dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang‐cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permas Tsosial. 

ang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu‐ilmu sosial. 


MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU  

Beberapa model penerapan pendekatan tematik/terpadu internal dalam pembelajaran IPS dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Model Integrasi Berdasarkan Topik

2. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama

3. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan


PENERAPAN PENDEKATAN TEMATIK DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD  

1. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar  

Tujuan dari proses pendidikan di sekolah dasar adalah agar siswa mampu memahami potensi diri, memiliki peluang, dan memahami tuntutan lingkungan serta dapat merencanakan masa depan mengenai serangkaian keputusan yang paling mungkin bagi dirinya. Tujuan akhir pendidikan dasar adalah diperolehnya pengembangan pribadi anak yang dapat membangun dirinya sendiri dan ikut serta bertanggung‐jawab terhadap pembangunan bangsa, mampu melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan mampu hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungan.

Tujuan Pendidikan IPS dalam Permen No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dirumuskan secara jelas bahwa tujuan mata pelajaran IPS pada tingkat satuan pendidikan SD/MI adalah:

a. Mengenal konsep‐konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai‐nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, tingkat lokal, nasional dan global.

NCSS, (1989: 6) secara rinci mengemukakan tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies Education) adalah untuk mengembangkan:

a. civic responsibility an active civic participation;

b. perspective on their owen    life experlences so they see themselves as part of the larger human sdventurein time and place;

c. a critical ndestanding time and plce the history, geography, economic, political, social institution, traditions, and values of the united states as expressed in both their nity and diversity;

d. an understanding of other peoples and the unityand diversty of world history, geography, instition, tradition and values;

e. crtical attitude, and analytical perspective to appropriate to analysis of human  condition,  Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS yang telah diuraikan di atas, maka pembelajaran IPS yang semestinya dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut. 

a. Pembelajaran IPS semestinya diorganisasikan/dipilih secara terpisah  sesuai  dengan body of knowledge masing‐masing disiplin ilmu sosial . 

b. Diorganaisir secara ilmiah dan psikologis dan menghendaki agar program pengajaran mengkorelasikan bahkan mungkin harus mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu sosial, dalam unit program studi.

c. Tematis dan problem solving

d. Pembelajaran IPS   mempelajari bahan pelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, dengan demikian para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intra‐personal maupun antar‐personal.


2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik IPS di Sekolah Dasar

Pelaksanaan pembelajaran tematik IPS di sekolah harus didasarkan pada rambu‐rambu umum yang dikemukakan Depdiknas (2007a: 7) sebagai berikut.

a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan;

b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester pada kelas yang sama;

c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, namun dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri;

d. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai‐nilai moral;

e. Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalu mempergunakan alat peraga yang sesuai dengan tujuan;

f. Judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oleh masing‐masing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat;

g. Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan jumlah guru di kelas.

  

  Agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik berjalan dengan baik, perlu dilakukan beberapa hal yang tercakup dalam dua tahapan yaitu; tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan.

a. Perencanaan Pembelajaran Tematik

b. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

c. Penilaian Pembelajaran Tematik. 



PENUTUP

Berdasarkan berbagai keunggulan pembelajaran tematik, pembelajaran tematik seharusnya diterapkan di sekolah dasar khususnya kelas rendah. Khusus untuk mata pelajaran IPS, pembelajaran IPS dapat pula dilakukan dengan pendekatan terpadu baik secara internal maupun eksternal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumber Otoritas Pelaksanaan Supervisi [PGSD_UNU_NTB]

Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Dan Pengawas Di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi guru yang bekerja setiap hari di sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali Kepala Sekolah. Guru merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua komponen yang terkait dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisi pendidikan. Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dan...

Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA

selampang,30 Agustus 2020 Struktur kurikulum TPQ Taman Pendidikan Al Qur’an atau TPA  Struktur kurikulum TPA ini meliputi inti pembelajaran yang dilewati pada jenjang pendidikan untuk 3 tahun atau dalam enam semester. Pada masing masing jenjang ditempuh dengan waktu satu tahun yang mana dinamakan dengan level. Dengan waktu 3 tahun maka level yang ada adalah : -Level A -Level B -Dan level C  Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ Penyusunan untuk struktur kurikulum TPQ didasarkan kepada standar kompetensi lulusan dengan ketentuaan seperti dibawah ini :  Kurikulum TPQ berisi materi pokok dan materi dengan muatan lokal.Untuk materi pokok yaitu Pembelajaran Alquran, ilmu tajwid, ayat pilihan, bacaan sholat, hafalan surah pendek, praktek ibadah, doa serta adab harian, tahsinul kitabah, dan Pengenalan dasar agama Islam. Untuk muatan lokal disesuaikan dengan kondisi masing masing.  Sedangkan untuk materi pokok pada setiap jenjang l...

Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan [PGSD_UNU_NTB]

Bab III. Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan Kapita Selekta Pendidikan A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari uraian materi pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan pengertian pendidikan dan budaya. 2. Mampu menjelaskan konsep budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 3. Mampu mejelaskan keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan. 4. Mampu mendeskripsikan fungsi dan nilai-nilai budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 5. Mampu mendeskripsikan implementasi budaya nasional sebagai dasar pendidikan. 6. Mampu menjelaskan implikasi masalah beserta solusi terkait budaya nasional sebagai dasar pendidikan.  B. Pendahuluan    Hanya manusialah yang memiliki budaya, kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang tetapi juga dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa pendidikan tidak lain adalah proses pembudayaan. Artinya apabila pendidikan itu dilepaskan dari kebudayaan maka tujuan pe...